Pelatih yang Terlibat
Pelatih utama, John Harrell, sebelumnya sudah mendapat peringatan dari pihak sekolah agar tidak menggunakan hukuman fisik dalam latihan. Namun, ia tetap melanjutkan metode ini. Akibat insiden tersebut, Harrell ditempatkan dalam cuti administratif dan memutuskan mundur dua minggu setelah kejadian.
Saat ini, Harrell telah menyelesaikan beberapa gugatan yang diajukan keluarga para pemain yang terdampak. Namun, gugatan terbaru mengungkapkan bahwa hukuman fisik seperti ini bisa berdampak jangka panjang pada kesehatan siswa.
“Ini bukan sekadar capek biasa, tapi cedera yang bisa memengaruhi hidup mereka selamanya,” tegas pengacara penggugat.
Intimidasi dan Upaya Pembungkaman
Kasus ini semakin rumit dengan adanya laporan bahwa sejumlah pelatih diduga mencoba membungkam siswa yang menjadi korban. Mereka menyebarkan desas-desus dan melakukan intimidasi di lingkungan sekolah. Bahkan, beberapa pemain mendapatkan ancaman dari teman-teman mereka agar tidak membahas insiden tersebut.
Insiden ini mengingatkan pada kejadian serupa yang terjadi lima tahun lalu di Universitas Houston. Saat itu, pemain sepak bola wanita juga mengalami rhabdomyolysis akibat latihan ekstrem.
Kasus ini membuka mata banyak orang tentang pentingnya pengawasan dalam pelatihan olahraga, terutama bagi remaja. Mendorong atlet untuk berlatih keras memang penting, tetapi tetap harus ada batasan agar tidak membahayakan kesehatan mereka. Diskusi tentang keamanan dalam pelatihan olahraga kini menjadi isu nasional di Amerika Serikat.***