Potensi bahaya kecerdasan buatan (AI) telah menjadi topik perdebatan dalam beberapa waktu terakhir. Namun, beberapa peneliti berpendapat bahwa ada kekhawatiran penting yang sering diabaikan, yaitu konsumsi listrik yang diperlukan oleh komputer untuk melatih dan menjalankan model AI berukuran besar, yang dapat menyebabkan peningkatan emisi karbon global dan dampak dari konsumsi listrik berlebih.
Jika Google beralih sepenuhnya ke penggunaan AI dalam bisnis pencariannya, maka Google akan mengonsumsi sekitar 29,3 terawatt jam per tahun, setara dengan konsumsi listrik di Irlandia. Ini hampir dua kali lipat dari total konsumsi energi perusahaan sebesar 15,4 terawatt jam pada tahun 2020.
Baca Juga: Fakta-Fakta Oklin Fia, Selebgram yang Viral Jilat Batang Es Krim
Namun, peralihan semacam itu tidaklah mudah karena membutuhkan lebih dari 4 juta unit pemrosesan grafis (GPU) yang saat ini memiliki pasokan terbatas dan teknologi ini juga akan membutuhkan biaya sekitar USD 100 miliar atau Rp 1,6 kuadriliun.
Konsumsi Energi AI
Di sisi lain, seiring berjalannya waktu, konsumsi energi AI akan menjadi masalah nyata. Nvidia, yang memasok 95 persen dari GPU untuk AI, berencana untuk mengirimkan 100.000 server A100 tahun ini, yang secara kolektif dapat mengonsumsi sekitar 5,7 terrawatt jam per tahun. Kondisi ini diperkirakan akan memburuk ketika pabrik-pabrik manufaktur baru mulai beroperasi dan secara signifikan meningkatkan kapasitas produksi.
Pembuat chip TSMC, pemasok Nvidia, tengah berinvestasi di pabrik baru yang dapat memproduksi 1,5 juta server per tahun pada tahun 2027. Seluruh perangkat keras ini diperkirakan akan mengonsumsi sekitar 85,4 terawatt jam per tahun.
Dengan banyaknya bisnis yang bersaing untuk mengintegrasikan AI ke dalam berbagai jenis produk, Nvidia diperkirakan tidak akan mengalami kesulitan dalam menjual stoknya. Namun, harus diingat bahwa penggunaan AI harus dilakukan dengan bijak, mengingat dampak besar yang dimilikinya terhadap lingkungan.
AI Bantu Cegah Perubahan Iklim
Dalam konteks kesadaran terhadap lingkungan, perubahan iklim telah menjadi kondisi darurat global yang menantang para ilmuwan, insinyur, dan pakar industri dari berbagai disiplin ilmu untuk mencari solusi guna melindungi bumi.
Baca Juga: Profil dan Biodata Gelandang Persib Levy Clement Madinda Fokus Menang di Kandang
Penggunaan AI untuk memperhitungkan elemen perubahan iklim yang terus berkembang dapat membantu kita membuat prediksi yang lebih akurat mengenai perubahan lingkungan, sehingga kita dapat menerapkan upaya mitigasi lebih awal.