Untuk menemukan benda langit yang sulit terdeteksi ini, tim tersebut mengembangkan sebuah algoritma yang menggabungkan phase folding (menyusun data berdasarkan fase) GPU dan jaringan neuron konvolusional.
Algoritma itu meningkatkan kecepatan pencarian hingga sekitar 15 kali lipat, serta meningkatkan akurasi dan kelengkapan deteksi sekitar 7 persen dibandingkan dengan metode konvensional yang populer.
Tim tersebut menerapkan algoritma itu pada kumpulan data Kepler dan mengidentifikasi lima planet berperiode ultrasingkat tersebut. Hal ini menunjukkan keunggulan algoritma itu dalam mencari sinyal transit yang sangat lemah.
Ketua tim tersebut, Ge, menyatakan bahwa penemuan ini merupakan sebuah tonggak penting dalam penerapan AI pada mahadata (big data) astronomi.
Baca Juga: Cek Harga Hilux, Harga Mulai Rp188 Juta
Jika para astronom ingin menggunakan AI untuk membuat penemuan yang sangat langka dengan menggunakan data astronomi yang sangat besar, mereka harus berinovasi dengan algoritma AI.