INVERSI.ID – Di zaman sekarang, media sosial bukan cuma tempat untuk berbagi foto atau cerita, tapi juga jadi salah satu cara remaja mengekspresikan diri.
Salah satu tren yang lagi hits adalah penggunaan second account alias akun kedua. Bedanya, kalau akun utama lebih buat jaga citra di depan publik, akun kedua ini jadi tempat nyaman buat curhat atau sekadar berbagi hal-hal yang lebih pribadi.
Banyak dari remaja bahkan sengaja pakai identitas anonim di akun kedua mereka, biar lebih bebas tanpa takut dihakimi. Fenomena ini makin populer karena dianggap lebih aman buat menuangkan isi hati tanpa perlu khawatir soal penilaian orang lain.
Second Account dan Kesehatan Mental Remaja
Menurut Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSP, tren second account ini bisa jadi cerminan dari tingginya stigma terhadap isu kesehatan mental di masyarakat.
“Sudah terdapat banyak penelitian yang membuktikan bahwa ketika isu kesehatan jiwa diutarakan secara publik, respons pertama masyarakat adalah menghakimi,” ujarnya dalam Media Briefing Kesehatan Jiwa di Restoran Beautika, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Penghakiman seperti ini bikin banyak orang, termasuk remaja, jadi enggan bicara soal masalah kesehatan mental mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada masalah sistemik di masyarakat kita, di mana ruang untuk berbicara soal kesehatan mental secara terbuka masih belum cukup ramah atau mendukung.