Menurut Epidemiolog dari Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan, Sulistyo, dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus tuberkulosis pada anak. Data dari Sistem Informasi Tuberkulosis tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 136 ribu kasus TBC pada anak telah terdeteksi, mencakup sekitar 67 persen dari target 90 persen.
Sulistyo menjelaskan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penularan tuberkulosis yang mudah melalui udara, peningkatan upaya penemuan kasus TBC aktif, serta integrasi program-program kesehatan anak di posyandu dan satuan pendidikan dengan program TBC.
Baca Juga: 5 Manfaat Olahraga di Pagi Hari, Baik untuk Kesehatan Jantung dan Fungsi Otak
Namun, ia menekankan bahwa upaya ini masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal investigasi kontak, deteksi dini, pencarian kasus aktif di sekolah, dan pemberian terapi kepada anak dan remaja yang terkena TBC.
Dalam acara “Membangun Indonesia Emas, Lindungi Anak dan Remaja dari TBC!” pada tanggal 25 April 2024, Sulistyo mengatakan bahwa TBC adalah masalah kompleks yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Ia juga menyoroti pentingnya perhatian khusus terhadap kasus TBC pada remaja karena tingkat mobilitas yang tinggi, meningkatkan risiko terinfeksi.
Baca Juga: Mengenal Diabetes Gestasional, Gula Darah Tinggi Terjadi pada Ibu Hamil