Fakta-fakta AI, Berikan Sumbangan 4,4 Triliun Dolar hingga Berbahaya Seperti Nuklir

By DP
3 Min Read
Sejumlah fakta-fakta AI (artificial intelligence) yang berikan sumbangan 4,4 triliun dolar AS pada ekonomi global, hingga dapat berbahaya seperti nuklir. Bahkan, membuat PBB beraksi soal Hak Asasi Manusia (HAM). (Foto: Pixabay)

Sejumlah fakta-fakta AI (artificial intelligence) yang berikan sumbangan 4,4 triliun dolar AS pada ekonomi global, hingga dapat berbahaya seperti nuklir. Bahkan, membuat PBB beraksi soal Hak Asasi Manusia (HAM).

Soal AI menyumbangkan 4,4 triliun dolar AS atau Rp 61.600 triliun pada ekonomi global dikatakan oleh McKinsey Global Institute yang juga melaporkan teknologi AI generatif memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi di masa depan.

McKinsey memprediksi teknologi AI akan memberikan kontribusi senilai 4,4 triliun dolar AS atau Rp 61.600 triliun ke ekonomi global setiap tahunnya.

- Advertisement -

Masih dalam laporan McKinsey, satu dari sedikit laporan yang mengukur dampak jangka panjang AI terhadap perekonomian. Laporan itu muncul ketika Silicon Valley dilanda antusiasme yang tinggi terhadap perangkat AI seperti ChatGPT dan Google Bard.

Sebagai contoh kasus, teknologi AI (artificial intelligence) seperti chatbot AI ChatGPT dapat meningkatkan produktivitas dengan menghemat 60 hingga 70 persen waktu pekerja melalui otomatisasi pekerjaan. Bahkan, setengah dari seluruh pekerjaan akan diotomatisasi antara tahun 2030 dan 2060.

McKinsey memperkirakan teknologi AI generatif akan mengotomatisasi setengah dari semua pekerjaan antara tahun 2035 dan 2075.

AI Berbahaya Seperti Nuklir

Potensi bahaya AI (artificial intelligence), diungkapkan oleh CEO OpenAI sekaligus pencipta ChatGPT, Sam Altman yang berikan himbauan membentuk sebuah lembaga pengawasan untuk memantau teknologi ini dari segala perkembangannya.

Sebab, artificial intelligence, yang dianggap dapat membantu hidup manusia, ternyata menyimpan sejumlah potensi bahaya AI yang siap mengintai kapan saja. Saking berbahayanya, AI disebut seperti nuklir yang menakutkan.

Oleh CEO OpenAI, lembaga intelejen yang bakal dibentuk berfungsi seperti International Atomic Energy Agency (IAEA), yakni badan internasional yang mengawasi penerapan energi nuklir. AI juga berpotensi hancurkan industri media online, yang disebut sebagai perubahan paling radikal yang pernah terjadi. Terlebih pada Google Search yang berbasis Artificial intelligence atau AI. Google sendiri, ungkapkan hal tersebut dan juga umumkan sejumlah fitur baru dalam konferensi Google I/O 2023 di Amerika Serikat.

Kemudian, masih soal artificial intelligence atau AI berpotensi hancurkan media online, bagaikan sebuah bom nuklir yang siap meledak. Padahal, industri media online juga tengah berjuang untuk bertahan hidup.
Lalu, mahasiswa pilih pakai ChatGPT di negara Jepang untuk bikin tugas yang berdasarkan hasil sebuah survei, yang menyebutkan lebih dari 30 persen mahasiswa di Jepang telah menggunakan ChatGPT untuk membuat tugas.

Para mahasiswa Jepang itu juga mengetahui potensi bahaya dari AI yang merupakan sebuah kecerdasan buatan yang dianggap mampu membantu hidup manusia.

Meski begitu, banyak perdebatan tentang dampak teknologi AI bagi kehidupan manusia, ada kalangan yang mengatakan AI dapat menggantikan pekerjaan manusia dan ada juga ya optmistis teknologi AI dapat meningkatkan produktivitas individu. Namun, hal itu masi menjadi sebuah perdebatan dan bukan sebagai acuan.

Leave a comment