Malware AI Jadi Masalah yang Bikin Khawatir, Incar Identitas hingga Ancam Kondisi Ekonomi

By DP
2 Min Read
Malware AI tengah menjadi sebuah masalah yang bikin khawatir banyak pihak. Sebab, malware AI incar identitas seseorang hingga ancam kondisi ekonomi sebuah perusahaan. (Foto: Pixabay)

Malware AI tengah menjadi sebuah masalah yang bikin khawatir banyak pihak. Sebab, malware AI incar identitas seseorang hingga ancam kondisi ekonomi sebuah perusahaan.

Ancaman siber satu ini, imbas dari semakin pesatnya perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan kemudian hadir dalam malware AI.

Malware AI

Temuan soal adanya malware AI, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CyberArk lewat perusahaan riset Vanson Bourne. Dilakukan pada 2.300 pembuat keputusan keamanan siber swasta dan publik, dengan jumlah karyawan di atas 500 orang dan tersebar di 16 negara.

- Advertisement -

Dalam temuannya, hampir semua organisasi telah mengantisipasi serangan yang mengincar identitas. Hal ini didasari beberapa faktor, seperti masalah geopolitik, ekonomi global, adopsi cloud, dan skema kerja hybrid.

Akibatnya, meningkatnya perusahaan yang bermigrasi ke layanan cloud. Untuk itu, 68 persen responden survei berencana akan menerapkan pengamanan berbasis software as a service (SaaS) dalam 12 bulan ke depan.

Fakta-fakta AI

Padahal, AI (artificial intelligence) yang berikan sumbangan 4,4 triliun dolar AS pada ekonomi global, hingga dapat berbahaya seperti nuklir. Bahkan, membuat PBB beraksi soal Hak Asasi Manusia (HAM).

Soal AI menyumbangkan 4,4 triliun dolar AS atau Rp 61.600 triliun pada ekonomi global dikatakan oleh McKinsey Global Institute yang juga melaporkan teknologi AI generatif memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi di masa depan.

McKinsey memprediksi teknologi AI akan memberikan kontribusi senilai 4,4 triliun dolar AS atau Rp 61.600 triliun ke ekonomi global setiap tahunnya.

Masih dalam laporan McKinsey, satu dari sedikit laporan yang mengukur dampak jangka panjang AI terhadap perekonomian. Laporan itu muncul ketika Silicon Valley dilanda antusiasme yang tinggi terhadap perangkat AI seperti ChatGPT dan Google Bard.

Sebagai contoh kasus, teknologi AI (artificial intelligence) seperti chatbot AI ChatGPT dapat meningkatkan produktivitas dengan menghemat 60 hingga 70 persen waktu pekerja melalui otomatisasi pekerjaan. Bahkan, setengah dari seluruh pekerjaan akan diotomatisasi antara tahun 2030 dan 2060.

Leave a comment