INVERSI.ID – Belakangan ini ramai pemberitaan terkait lebih dari 8.000 remaja perempuan di Karawang, Jawa Barat, didiagnosis menderita anemia. Penyebabnya diduga akibat kebiasaan makan seblak dan bakso yang sering mereka konsumsi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Karawang yang dirilis pada awal 2024, tercatat 8.861 remaja perempuan mengalami anemia dengan tingkat keparahan yang beragam. Rinciannya, 346 di antaranya menderita anemia berat, 3.268 mengalami anemia sedang, dan 5.247 sisanya menderita anemia ringan.
Dokter spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, Meta Herdiana Hanindita, mengungkapkan bahwa anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi.
“Sebenarnya, bukan hanya remaja perempuan yang berisiko, tetapi remaja laki-laki juga bisa terkena anemia. Namun, prevalensi anemia lebih tinggi pada remaja perempuan dibandingkan laki-laki,” ujarnya dalam acara Media Briefing beberapa waktu lalu.
Meta mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka anemia pada remaja, di antaranya kurangnya pengetahuan tentang anemia di kalangan remaja dan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, kurangnya konsumsi zat besi, terutama yang berasal dari sumber protein hewani, turut berperan. Seblak dan bakso tidak bisa disalahkan sepenuhnya sebagai penyebab anemia, meskipun kebiasaan mengonsumsi teh dan kopi yang sedang populer di kalangan remaja turut berpengaruh. Banyak remaja perempuan yang menjaga berat badan dengan diet, namun seringkali mengabaikan asupan gizi yang tepat.
“Banyak remaja yang tidak mengatur diet mereka dengan baik, seperti enggan makan nasi atau menghindari lauk hewani. Mereka justru menggantinya dengan seblak atau minum boba untuk menggantikan makanan lengkap,” katanya.
Teh boba, misalnya, mengandung tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi, yang berpotensi memicu anemia. Selain itu, faktor lain adalah siklus menstruasi pada remaja perempuan. Dokter Meta menyarankan pentingnya edukasi dari keluarga dan sekolah mengenai hal ini.
Di samping minum boba, remaja perempuan kini juga gemar mengonsumsi kopi, atau yang sering disebut dengan “ngopi cantik.” Padahal, kopi mengandung fitat, tanin, dan kafein yang juga dapat menghalangi penyerapan zat besi.
Untuk mencegah anemia pada remaja perempuan, Meta menyarankan agar ada peningkatan edukasi terkait pentingnya mengetahui dan memahami anemia.
“Selain itu, penting juga untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya sumber protein hewani dalam diet yang mendukung pembentukan hemoglobin atau sel darah merah,” jelasnya.
Ia juga menambahkan pentingnya konsumsi makanan dan minuman yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti buah dan sayuran, serta menghindari konsumsi teh atau kopi yang bisa menghambat proses tersebut.
Program pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja perempuan juga perlu digalakkan dan dipastikan bahwa tablet tersebut dikonsumsi dengan baik.***