Pemilih Muda Market Besar
Partai Politik mulai menampilkan sosok caleg muda kepada publik. Tentu saja, ini bukan semata tanpa perhitungan. Pemilu 2024 ini menjadi era pemilih muda yang memiliki pengaruh penting. Pemilih muda menjadi menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar.
Jika menengok ke belakang pada Pemilu 2019, jumlah pemilih muda sudah mencapai 70 juta – 80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Ini artinya 35-40 persen pemilih muda sudah mempunyai kekuatan dan memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu.
Sedangkan pada Pemilu 2024 dominasi pemilih muda berusia 17-40 tahun. Jumlah pemilih muda sekitar 107 juta orang atau 53-55 persen dari total jumlah pemilih sebanyak 204,8 juta. Jadi hampir lebih dari setengah lebih total pemilih pada Pemilu 2024 adalah pemilih pemula.
Angka fantastis itu merupakan pasar (market) politik yang besar bagi pemburu kursi kekuasaan. Maka wajar saja jika partai politik melirik itu dan menyodorkan calon anggota legislatif (caleg) muda untuk tebar pesona.
Survei dari lembaga Centre for Strategic and International Studies atau CSIS menunjukkan usaha anak muda untuk maju nyaleg di Pemilu masih tergolong kecil.
Baca juga: Biodata dan Profil Yolanda Tamara, Caleg Muda dari PDIP Dituding Sering Bolos saat Kuliah
Meskipun partisipasi anak muda dalam politik meningkat namun sangat sedikit yang tertarik gabung ke Parpol. Rilis survey CSIS pada September 2022 lalu menyebut partisipasi anak muda dalam politik memang meningkat.
Namun, sangat sedikit yang tertarik untuk gabung parpol. Hanya ada 1,1 persen responden yang tergabung dan tertarik menjadi anggota partai. Survei tersebut dilakukan terhadap 1.200 orang yang tersebar di 34 provinsi. Mereka adalah milenial dan Gen Z.
Peneliti CSIS Arya Fernandes menyebut kesempatan politisi muda di bawah 40 tahun untuk terpilih di pemilu memang masih terbilang kecil. Sejak Pemilu 2024 sampai 2019, rata-rata keterpilihan politisi muda di bawah 40 tahun itu angkanya 15,1 persen dari total aggota DPR RI.