inversi.id – Geliat pariwisata pasca-pandemi memperlihatkan lonjakan signifikan jumlah wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Namun, di balik gegap gempita kebangkitan sektor pariwisata, tersembunyi ironi yang memprihatinkan: meningkatnya kerusakan lingkungan di berbagai destinasi wisata populer. Sudah saatnya kita mengubah paradigma berwisata dari sekadar mencari kesenangan menjadi perjalanan yang bertanggung jawab melalui konsep eco-friendly travel.
Fakta mengejutkan menunjukkan bahwa sektor pariwisata menyumbang sekitar 8% dari total emisi gas rumah kaca global. Belum lagi masalah sampah plastik yang mencemari destinasi wisata, kerusakan terumbu karang akibat sunscreen yang tidak ramah lingkungan, hingga gangguan terhadap habitat satwa liar. Di Indonesia sendiri, berbagai destinasi wisata populer seperti Bali, Raja Ampat, dan Labuan Bajo mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan lingkungan.
Eco-friendly travel bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan destinasi wisata kita. Ini bukan tentang membatasi kebebasan berwisata, tetapi tentang bagaimana menikmati perjalanan dengan lebih bijaksana dan bertanggung jawab agar destinasi wisata tetap terjaga kelestariannya.
Perubahan harus dimulai dari kesadaran individual. Wisatawan perlu memahami bahwa setiap pilihan mereka berdampak pada lingkungan:
- Memilih transportasi dengan jejak karbon rendah
- Mendukung akomodasi yang menerapkan praktik berkelanjutan
- Menghindari produk sekali pakai
- Menghormati kearifan lokal dan batasan ekologis
Pelaku Industri Pariwisata juga berperan cukup besar dalam menjaga kelestarian, Sektor bisnis pariwisata harus beradaptasi dengan tuntutan keberlanjutan:
- Mengembangkan infrastruktur ramah lingkungan
- Menerapkan sistem pengelolaan sampah dan energi yang efisien
- Memberdayakan masyarakat lokal
- Mengedukasi wisatawan tentang praktik wisata berkelanjutan
Dan yang terpenting adalah dukungan dari pemerintah dengan regulasi dan kebijakan yang mendukung eco-friendly travel sangat diperlukan:
- Menetapkan standar lingkungan yang ketat untuk industri pariwisata
- Memberikan insentif bagi bisnis yang menerapkan praktik berkelanjutan
- Mengembangkan infrastruktur pendukung wisata ramah lingkungan
- Membatasi jumlah pengunjung di destinasi yang rentan
Eco-friendly travel bukanlah pilihan, melainkan keharusan jika kita ingin mempertahankan keindahan destinasi wisata untuk generasi mendatang. Tren global menunjukkan bahwa semakin banyak wisatawan yang memilih destinasi dan penyedia jasa wisata yang ramah lingkungan. Ini momentum yang tepat untuk mentransformasi industri pariwisata Indonesia menjadi lebih berkelanjutan.
Perjalanan menuju wisata yang sepenuhnya ramah lingkungan mungkin masih panjang, tetapi setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan menentukan masa depan pariwisata kita. Sudah saatnya kita memahami bahwa berwisata bukan hanya tentang mengambil foto untuk media sosial atau mencari kesenangan semata, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat berkontribusi positif terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Pilihan ada di tangan kita: menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi. Dengan menerapkan prinsip eco-friendly travel, kita tidak hanya menjaga keindahan alam untuk generasi mendatang tetapi juga menciptakan pengalaman wisata yang lebih bermakna dan berkelanjutan.