Belakangan ini, publik dihebohkan oleh kasus dukun pengganda uang. Dukun yang diketahui bernama Mbah Slamet ini mengajak korban melakukan ritual sebelum dibunuh secara sadis.
Pihak kepolisian pun mengungkap fakta-fakta di balik kasus yang membuat publik heboh tersebut. berikut faktanya.
Korban Diajak Ritual Sebelum Dibunuh
Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto mengungkapkan bahwa dalam kasus penggandaan uang yang dilakukan oleh Mbah Slamet tidak hanya dilakukan sendiri. Pembunuhan ini juga dibantu oleh seorang warga Kabupaten Pekalongan berinisial BS yang merupakan anak buah dari Mbah Slamet.
Mbah Slamet mengakui, sebelum korban dibunuh, dirinya mengajak korban untuk melakukan ritual agar pengganda uang bisa berhasil.
“Pelaku mengajak korban ke satu lokasi untuk melakukan ritual, agar prosesi ritual penggandaan uang berhasil, tersangka pun mengatakan ke korban agar tidak mengantuk dan memberikan minuman yang telah dicampuri racun potas,”kata Hendri.
Diberi Minuman Beracun
Pelaku menguburkan korban pada jalan setapak menuju hutan yanga ada di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Para korban meninggal akibat meminum minuman beracun dari Mbah Slamet.
“Saat itu minuman yang diberikan pada korban sudah dicampuri dengan potas, sehingga saat berada di lokasi, korban yang meminum langsung meninggal dunia,”katanya.
Bahkan Mbah Slamet juga mengakui jika dirinya telah menerima uang korban sebesar Rp70 juta yang diberikan secara bertahap. Ia menjanjikan uang Rp50 juta bisa digandakan hingga jadi Rp5 Miliar.
“Total uang yang saya terima mencapai Rp70 juta, dan saya menjanjikan bisa digandakan sampai Rp 5 miliar,” kata Slamet.
Membunuh Sejak 2020
Dukun pengganda uang di Banjarnegara yang diketahui bernama Mbah Slamet mengungkapkan bahwa aksi pembunuhan itu dia lakukan sejak 2020.
“Jadi hasil tadi malam kita periksa, tersangka mengaku membunuh korbannya sejak tahun 2020,” jelas Kapolres Banjarnegara AKBP Hendriyanto.
Dia mengaku tidak ingat siapa saja yang telah direnggut nyawanya lantaran kebanyakan korban yang dibunuh berasal dari luar Banjarnegara.
“Tapi dia lupa nama-nama identitasnya karena kebanyakan warga luar Banjarnegara katanya. Makanya di sini kami juga ada kendala melakukan identifikasi korban”, kata Hendri.