INVERSI.ID – Seiring berkembangnya zaman, dunia anak muda kini nggak bisa lepas dari yang namanya flexing atau pamer kekayaan, gaya hidup, barang-barang mewah, atau pencapaian pribadi di media sosial. Apalagi di kalangan remaja anak SMA yang lagi semangat-semangatnya cari identitas diri.
Pasti banyak di antara kalian yang sering lihat temen-temen update foto dengan barang branded, liburan mewah, atau kegiatan yang kelihatan “perfect” banget. Tapi, seberapa sehat sih fenomena flexing ini buat mental remaja, terutama buat kalian yang masih di bangku SMA?
Untuk lebih jelasnya, yuk, simak penjelasan tentang flexing dan dampaknya!
Sebelum kita lanjut, ada baiknya kita ngerti dulu, apa sih sebenarnya “flexing” itu? Flexing adalah istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan tindakan pamer atau menunjukkan hal-hal yang dianggap mewah atau hebat di media sosial. Misalnya, posting foto dengan barang-barang branded, mobil keren, atau liburan ke tempat eksklusif. Biasanya, tujuan flexing adalah untuk mendapat pengakuan dan perhatian dari orang lain.
Dampak Negatif Flexing pada Kesehatan Mental Remaja
Flexing di media sosial memang kelihatan keren dan seru, tapi ternyata bisa membawa dampak negatif yang cukup besar, lho. Menurut psikolog anak Laura Markham, terlalu sering melihat orang lain memamerkan kehidupan yang terlihat sempurna bisa bikin kita merasa kurang atau bahkan nggak cukup baik.
Kita jadi cenderung membandingkan hidup kita dengan orang lain, yang ujung-ujungnya bisa memicu kecemasan, depresi, dan rasa nggak puas dengan diri sendiri.
Laura Markham juga mengatakan bahwa flexing bisa menciptakan standar hidup yang nggak realistis, apalagi buat anak SMA yang masih dalam proses mencari jati diri.
Kita sering nggak sadar kalau banyak orang yang hanya memamerkan sisi “terbaik” hidup mereka di media sosial, padahal nggak semuanya sesuai dengan kenyataan.