Dengan kebebasan sharing konten yang kita inginkan di media sosial, terkadang kita tidak menyadari saat terlalu banyak membagikan privasi di media sosial. Istilah ini juga biasa dikenal dengan oversharing, dimana kita tidak bisa mengontrol mana yang perlu dan tidak perlu dibagikan kepada banyak orang.
Tapi ternyata hukum sebab-akibat berlaku di dalam konteks ini. Orang yang memiliki kebiasaan oversharing punya dasar tersendiri kenapa mereka melakukan hal tersebut.
Alasan Seseorang Oversharing
Anxiety, sebagian orang akan menjadi sangat banyak bicara saat dirinya merasa cemas dalam upaya untuk terlihat normal di antara orang-orang di sekitarnya. Berbeda saat mereka mulai berbicara karena stres, mereka menjadi kurang mampu mengendalikan diri tentang apa yang dikatannya. Tidak hanya itu, beberapa orang juga akan merasa canggung saat bertemu orang di kegiatan sosial dan berpikir kalau satu-satunya cara untuk menyesuaikan diri adalah mulai berbicara tentang kehidupan mereka.
Alasan lainnya yaitu batasan yang buruk. Terkadang, seseorang tidak bisa mengerti batasan diri sendiri saat bertemu orang lain. Komunikasi non verbal terkadang lebih kuat daripada pesan verbal, orang yang cenderung berbagi terlalu banyak tanpa mereka sadari. Itulah sebabnya, mereka cenderung berbagi terlalu banyak yang mungkin membuat orang lain merasa canggung dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Kesepian menjadi alasan yang paling terlihat saat orang mulai oversharing. Mereka tidak memiliki wadah atau tempat bercerita seperti teman, kerabat, atau keluarga. Alasan ini lah yang membuat banyak orang lebih memilih untuk curhat di media sosial.
Alasan terakhir saat seseorang melakukan oversharing yaitu tidak dimengerti dengan baik. Misalnya saat mereka berkeluh kesah kepada orang terdekatnya, mereka justru mendapatkan respon yang membuatnya semakin terpuruk. Respon tersebut bisa dalam berbagai bentuk seperti menyalahkan, menghakimi, atau bahkan menganggap jika hal yang diceritakan bukan masalah besar.