Kasus stunting atau gagal tumbuh terjadi pada anak yang diakibatkan karena kurangnya asupan gizi. Dalam jangka pendek, penderita stunting dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan pertumbuhan fisik pada anak.
Kasus ini terus menjadi perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah. Baru-baru ini, Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa memaparkan, jumlah kasus stunting di Solo saat ini sebanyak 923 kasus.
Angka ini, kata Teguh, turun dibanding tahun lalu yang mencapai 1.050 kasus.
Namun, meskipun turun, jumlah anak yang berisiko stunting masih cukup tinggi, yakni di kisaran 3.000 kasus.
Ketika anak mengalami stunting, terlihat jelas dari tampilan fisiknya, salah satunya adalah berat badannya lebih rendah dibanding anak seusianya.
Inversi.id melansir dari Siloam Hospital, tentang gejala stunting pada anak, sebagai berikut:
- Tumbuh kembangnya lambat.
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.
- Berat badan tidak naik bahkan akan cenderung menurun.
- Kemampuan fokus dan memori belajarnya tidak baik.
- Anak cenderung lebih pendiam.
- Fase pertumbuhan gigi pada anak melambat.
- Dalam jangka panjang, bagi anak perempuan berpotensi telat menstruasi pertama.
- Anak lebih mudah terserang/terinfeksi berbagai penyakit.
Baca Juga: Untuk Umat Katolik, Ini Jadwal Misa di Kota Solo dan Sekitarnya
Kondisi ini mempengaruh pertumbuhan anak, terutama dampak pada jangka panjangnya, yakni kesulitan belajar, dapat menderita penyakit jantung dan pembuluh darah, kemampuan perkembangan kognitif menurun, meningkatkan risiko obesitas pada anak. Kemudian, daya tahan tubuh melemah sehingga mudah terinfeksi penyakit.
Untuk mengantisipasi ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:
- Lakukan pemeriksaan kandungan rutin ke fasilitas kesehatan terdekat
- Rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah, serta memenuhi asupan gizi, seperti protein hewani yang baik bagi tumbuh kembang janin.
- Remaja putri aktif minum tablet tambah darah 1 tablet seminggu sekali.
- Pada bayi, berkan ASI ekslusif selama 6 bulan.
- Bayi berumur di atas enam bulan agar diberikan konsumsi protein hewani dan tetap melanjutkan ASI.
- Rutin datang ke Posyandu setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan serta imunisasi balita.