Sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022, maka akan dilukakan pilot project penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk wolbachia di lima kota di Indonesia. Masing-masing ke-5 kota tersebut diantaranya Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang.
Menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat raker dengan Komisi IX DPR RI pada, Selasa (7/11/2023) lalu, bahwa ke-5 daerah tersebut merupakan endemis dengue yang tinggi.
Belakangan, muncul pro dan kontra di masyarakat. Bahkan merebak informasi yang menyesatkan terkait rencana pelepasan nyamuk wolbachia. Munculnya berita menyesatkan yang merupakan hoaks tersebut diungkapkan oleh Peneliti riset nyamuk berwolbachia di Yogyarakta, dari Universitas Gadjah Mada sekaligus anggota World Mosquito Program (WMP) dr Riris Andono Ahmad MPH PhD.
“Yang beredar saat ini banyak disinformasi yang sangat sistematik. Soal nyamuk bionik, penyakit itu tidak terkait sama sekali dengan nyamuk wolbachia,” kata dr Riris dalam acara bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (20/11/2023) kemarin.
Baca Juga: Fakta-fakta Wabah Jamur ‘The Last of Us’ yang Disebut Ilmuwan Bakal Terjadi, Imbas Perubahan Iklim
Menurutnya, upaya pelepasan nyamuk wolbachia ini hanya sebagai pelengkap dari berbagai langkah lain dalam upaya mengatasi DBD. Ini tentunya sudah dipastikan aman bagi manusia, hewan maupun lingkungan.
Lebih lanjut Riris mengatakan, penelitian yang dilakukan di Yogyakarta juga turut melibatkan para ahli top ilmuwan di Indonesia. Kemudian penelitian di Indonesia juga ditetapkan sebagai gold standard atau bukti ilmiah terbaik rekomendasi AIPI dan WHO VCAG.
“Ada reduksi 77 persen jauh lebih tinggi dibandingkan hipotesis kami 50 persen, reduksi mampu menurunkan kebutuhan rawata rumah sakit sampai 86 persen,” kata dia.
Lalu seperti apa fakta sebenarnya terkait nyamuk wolbachia? Berikut fakta-fakta selengkapnya yang dirangkum tim Inversi dari berbagai sumber:
1. Bukan rekayasa genetik
Kemenkes mengatakan nyamuk Wolbachia didapatkan secara alami tanpa ada rekayasa genetik. Wolbachia merupakan bakteri alamiah pada serangga yang ramah lingkungan karena tidak mengganggu ekosistem atau siklus hidup mikroorganisme lain. Dengan demikian, Kemenkes menegaskan manusia tidak dijadikan kelinci percobaan dalam program tersebut.