INVERSI.ID – Sejarah Indonesia dipenuhi dengan kisah-kisah heroik para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Di antara mereka, ada sejumlah pahlawan yang gugur di usia muda. Meski usia mereka masih sangat belia, semangat juang mereka tak pernah padam demi kemerdekaan Republik Indonesia.
Pengorbanan mereka tidak boleh dilupakan dan harus terus dikenang oleh generasi penerus. Semangat juang mereka harus menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang membangun negara yang lebih baik.
Baca Juga: Peristiwa dan Momentum Pro Kontra Rengasdengklok sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
Pahlawan Berjasa yang Gugur di Usia Muda
Para pahlawan nasional ini tidak hanya mengorbankan nyawa, tetapi juga usia mereka yang masih muda dalam perjuangan membela bangsa. Semangat kebangsaan yang mereka tunjukkan menjadi bukti betapa besar peran pemuda dalam sejarah Indonesia.
Martha Christina Tiahahu (17)
Martha Christina adalah seorang pejuang kemerdekaan yang unik karena, meskipun masih remaja, ia berani terjun langsung ke medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817. Setelah memimpin berbagai aksi perlawanan, Martha akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Batavia. Di perjalanan, ia melakukan mogok makan hingga jatuh sakit dan meninggal pada usia 17 tahun.
Baca Juga: Daftar Pahlawan Pemilik Peran Penting untuk Kemerdekaan Republik Indonesia yang Jarang Disorot
Supriyadi (22)
Supriyadi adalah Komandan Kompi Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar yang terkenal karena keberaniannya menentang kekejaman Jepang dalam masa Romusha. Perlawanan ini membuatnya tertangkap dan diduga dibunuh oleh pasukan Jepang.
Robert Wolter Monginsidi (24)
R.W. Monginsidi berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pasukan sekutu NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda) kembali datang dan melakukan penyerangan.
Monginsidi bersama para pemuda di Makassar membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) untuk melawan Belanda. Namun, ia akhirnya ditangkap dan dieksekusi oleh tim penembak Belanda pada 5 September 1949.
Radin Inten II (24)
Radin Inten II memimpin berbagai serangan rakyat Lampung melawan Belanda. Berkali-kali ia memimpin perlawanan langsung hingga akhirnya gugur dalam perjuangan pada 5 Oktober 1858.