Teknologi Sebagai Alat
Dalam pandangan Adib, teknologi hanya berfungsi sebagai alat yang mempermudah pekerjaan dokter, bukan sebagai sumber pengetahuan baru atau pengganti cara tradisional dalam memberikan pelayanan kesehatan. Interaksi personal, komunikasi yang baik, dan hubungan empatis antara dokter dan pasien tetap harus diutamakan.
“Teknologi bukan pengganti komunikasi yang baik dengan pasien. Kita harus menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pendekatan humanis,” tegasnya.
Baca Juga: Heboh Larangan Hijab hingga Dokter Mengundurkan Diri, RS Medistra Buka Suara
Ia menambahkan bahwa sentuhan manusia dalam praktik medis mampu menciptakan hubungan yang lebih mendalam dengan pasien dan menurunkan risiko pelanggaran etik.
Adib juga menyoroti pentingnya melihat pasien bukan hanya sebagai objek medis, tetapi sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan khusus. Dengan pendekatan yang lebih humanis, hubungan antara dokter dan pasien akan lebih efektif, sehingga mampu memberikan hasil perawatan yang lebih baik.
Dalam momen perayaan ulang tahun ke-74 IDI, Adib mengajak seluruh dokter di Indonesia untuk tetap menjaga etika dan kompetensi, serta terus mengutamakan komunikasi yang baik dengan pasien. Ia juga memperkenalkan gerakan “Rakyat Indonesia Cinta Dokter Indonesia” sebagai upaya rebranding IDI, yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan berbasis sains serta spiritualitas yang kuat.