Tata cara
Dalam pelaksanaannya, para ulama menyatakan bahwa peringatan haul tidak dilarang, bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II hlm 18 menjelaskan bahwa para sahabat dan ulama tidak ada yang melarang peringatan haul, asalkan tidak disertai dengan ratapan atau tangisan yang berlebihan.
Acara haul biasanya diisi dengan penuturan biografi orang-orang alim dan saleh, sebagai dorongan bagi yang hadir untuk mencontoh perbuatan mereka.
Peringatan haul yang diadakan secara bersama-sama sangat penting bagi umat Islam sebagai momen untuk bersilaturahim, berdoa, dan memantapkan diri dalam meneladani para pendahulu kita. Hal ini juga menjadi forum penting untuk menyampaikan nasihat-nasihat keagamaan.
Baca juga: 6 Dampak Kesehatan Anak karena Kecanduan Media Sosial
Tujuan dan Manfaat Haul
Secara etimologis, haul berarti satu tahun, dan secara istilah merujuk pada peringatan yang diadakan setahun sekali bertepatan dengan wafatnya tokoh masyarakat.
Haul bertujuan untuk mengenang jasa orang yang sudah tiada dan mengingatkan kita akan kematian, sebagaimana dinasihatkan oleh ulama: “Wa Kafaa Bil Mauti Wa Idzha,” yang artinya ‘Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat’.
Kita sering menyaksikan orang yang hidup seolah-olah lupa akan kematian, berperilaku seolah hidup seribu tahun. Dalam keadaan seperti ini, maksiat, perbuatan zalim, dan korupsi terjadi tanpa rasa takut, seolah kematian tidak akan menghampiri mereka.
Dengan adanya haul, kita diingatkan untuk merenungkan kehidupan dan kematian, serta berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan membawa berkah bagi kita semua.
*Ayo ikuti Inversi.id di Google News untuk mendapatkan informasi yang update seputar dunia hiburan, lifestyle, hingga berbagai berita menarik lainnya