Bagi wanita yang tidak menyusui, tidak memiliki anak, atau belum menikah, risiko kanker payudara memang lebih tinggi. Namun, ini bukan berarti risiko tersebut tidak bisa diminimalkan. Mengadopsi gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan, berolahraga secara rutin, dan menghindari alkohol, dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara meskipun faktor genetik atau usia tidak dapat diubah.
Baca Juga: Memahami Kanker Payudara: Gejala, Diagnosis, dan Pilihan Pengobatan
Meski menyusui memiliki banyak manfaat, tidak jarang beberapa ibu mengalami benjolan pada payudara setelah atau selama menyusui. Benjolan ini bisa disebabkan oleh ASI yang menggumpal atau bahkan potensi adanya tumor. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk selalu memeriksa keadaan payudara, terutama dengan metode perabaan atau deteksi mandiri.
Jika Anda menemukan benjolan yang bergerak saat diraba, itu mungkin adalah tumor jinak. Namun, jika benjolan tersebut tidak bergerak, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter karena bisa jadi itu adalah tanda awal kanker payudara.
Untuk memastikan kondisi kesehatan payudara, ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah USG payudara, yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mendeteksi kelainan, seperti kista, tumor, atau fibroadenoma. Selain USG, pemeriksaan lain yang umum dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara adalah mammografi, MRI, dan biopsi. Pemeriksaan rutin ini sangat disarankan, terutama bagi wanita yang memiliki faktor risiko tinggi.
*Ayo ikuti Inversi.id di Google News untuk mendapatkan informasi yang update seputar dunia hiburan, lifestyle, hingga berbagai berita menarik lainnya.