Ia juga mengatakan sebesar 46 persen atrial fibrilasi tidak memiliki gejala khas atau asimptomatik, dan baru bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan dokter atau skrining EKG. Sementara sebanyak 60 persen pasien dengan atrial fibrilasi yang tidak bergejala mengalami stroke.
Oleh karena itu, Yoga menyarankan rumah sakit dan tenaga kesehatan menyediakan skrining secara oportunistik atau sistematik agar masyarakat bisa mengetahui risiko adanya atrial fibrilasi.
“Oportunistik misalnya seperti dilakukan di rumah sakit Siloam minggu lalu, membuka stand di lobby semua orang yang datang ke rumah sakit untuk berbagai keperluan tapi di EKG yang simple dan for free dan ketahuan berapa ditemukan adanya aritmia,” katanya.
Namun ia lebih menyarankan untuk melakukan deteksi secara sistematik yakni mencari tahu secara lebih detail yang berfokus pada deteksi atrial fibrilasi dan juga kemungkinan penyakit jantung untuk usia 65 tahun ke atas, seperti yang disarankan Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS).
Baca Juga: Logo 79 HUT RI 2024, Makna dan Tema Hari Kemerdekaan
“Ayo kita screening jangan sampai kita tidak tahu bahwa kita AF, jangan sampai kita baru tahu AF ketika kita screening terlambat,” ajak Yoga.