Split Bill, Memahami Konsep dan Etikanya

By dwi kurnia
3 Min Read
Istilah split bill mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, terutama saat berkumpul dengan pasangan atau teman. (Foto: Ilustrasi)

Benevolent Sexism dan Split Bill

Di balik fenomena split bill, terdapat gerakan perempuan yang ingin menegaskan kesetaraan dalam hal pembayaran. Banyak perempuan yang ingin membayar tagihan mereka sendiri, bahkan ada yang menawarkan untuk membayar tagihan laki-laki.

Namun, hal ini bisa menimbulkan konflik antara laki-laki dan perempuan. Ada perempuan yang merasa terhina jika laki-laki tidak ingin melakukan split bill, sementara yang lain mungkin menganggap laki-laki pelit jika tidak membayar saat kencan pertama.

Baca juga: Mengenal Risiko Pemakaian Earphone Terlalu Lama, Bisa Hilang Pendengaran

- Advertisement -

Dalam masyarakat patriarki, ada anggapan bahwa laki-laki harus membayar tagihan perempuan, terutama pada pertemuan pertama. Jika perempuan menolak, mereka bisa dianggap “sok mandiri”.

Ini adalah contoh dari benevolent sexism, yang meskipun terdengar positif, sebenarnya memperkuat stereotip bahwa laki-laki harus menjadi pelindung dan penyedia.

Etika dalam Split Bill

Agar tidak terjadi kesalahpahaman, penting untuk mendiskusikan masalah split bill dengan pasangan. Jangan ragu untuk mengungkapkan kondisi keuanganmu jika merasa tidak mampu untuk membagi tagihan.

Jika Inviewers tidak membawa uang lebih, tawarkan untuk mengganti pada kencan berikutnya. Kamu juga bisa meminta nomor rekening atau dompet digital pasangan untuk mengembalikan uangnya setelahnya.

Ingatlah, menolak tawaran untuk split bill bukan berarti kamu matre, dan menerima tawaran tersebut bukan berarti kamu tidak menghargai apa yang diberikan.

Yang terpenting adalah saling memahami dan menghormati satu sama lain dalam hal keuangan. Dengan komunikasi yang baik, hubungan bisa berjalan lebih harmonis tanpa adanya kesalahpahaman.

TAGGED:
Leave a comment