INVERSI.ID – Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Merry Hotma, meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk memperkuat pengawasan terhadap jajanan yang dijual di sekitar sekolah, terutama Sekolah Dasar (SD).
Hal ini diusulkan menyusul meningkatnya kasus gagal ginjal yang mengharuskan anak-anak menjalani cuci darah akibat konsumsi jajanan yang tidak sehat.
“Merespons kasus banyak anak-anak cuci darah di RSCM kemarin, salah satu follow up dari Komisi E waktu itu adalah harus ada warning,” ujar Merry dalam rapat pembahasan Perubahan APBD Tahun 2024, Senin, 12 Agustus 2024.
Merry menambahkan bahwa penyebab utama kasus tersebut adalah konsumsi jajanan yang tidak terpantau di lingkungan sekolah. Saat ini, pengawasan terhadap kandungan bahan kimia berbahaya dalam jajanan anak masih sangat minim, sehingga diperlukan langkah-langkah khusus untuk melindungi anak-anak dari paparan zat beracun.
Baca Juga: Popok Bayi Bisa Sebabkan Gagal Ginjal Pada Anak? Ini Kata IDAI Aceh
Kasus Gagal Ginjal pada Anak
Gagal ginjal pada anak adalah kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara optimal untuk menyaring limbah dari darah. Kondisi ini bisa muncul secara tiba-tiba (akut) atau berkembang perlahan-lahan dalam jangka waktu lama (kronis).
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan, hingga Agustus 2024, terdapat 255 kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia, dengan 143 kasus berakhir dengan kematian. Meskipun angka ini tidak menunjukkan peningkatan signifikan sejak awal 2023, masih ada kasus baru yang terdeteksi dan menimbulkan kekhawatiran.
Dilansir dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, kasus gagal ginjal akut pada anak-anak usia 6 bulan hingga 18 tahun mengalami peningkatan, dengan 189 kasus dilaporkan per tanggal 18 Oktober 2022, sebagian besar dialami oleh anak usia 1-5 tahun.
Baca Juga: Kasus Gagal Ginjal pada Anak, Ini Upaya Kemenkes dan RSCM dalam Deteksi Dini