Indonesia memang kaya akan budaya yang menghasilkan kain-kain tradisional untuk proses pelestariannya diturunkan dari generasi ke generasi lainnya.
Salah satunya adalah pada kebiasaan masyarakat suku Batak yang sering menurunkan kain-kain tradisional ke setiap generasinya untuk digunakan dalam berbagai acara adat.
Hal itu diakui pendiri dan CEO Tobatenun Kerri na Basaria, di mana orang-orang suku Batak biasanya memiliki satu lemari penuh berisi kain-kain tradisional yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun.
Dikutip dari Antara, ia pun memberikan saran dan tips untuk merawat kain tradisional agar tetap tahan lama dan warna tetap awet, terlebih jika kain tersebut menggunakan bahan alam.
“Tenun alam tidak bisa dicuci di mesin cuci, dan hanya dicuci dengan air dingin, biasanya pakai sampo atau sabun bisa,” kata Kerri dalam konferensi pers Tobatenun di Jakarta, dikutip pada Selasa, 24 Oktober 2023.
Baca Juga: Profil dan Biodata Gelandang Persib Levy Clement Madinda Fokus Menang di Kandang
Gunakan Detergen Bahan Organik
Selain itu, jika ingin menggunakan detergen Kerri juga mengingatkan untuk tidak menggunakan detergen untuk cuci baju biasa, tapi bisa diganti menggunakan detergen berbahan organik.
Hindari Sinar Matahari
Sedangkan untuk mengeringkan kain tenun yang memakai pewarnaan alam, sebaiknya tidak langsung terkena sinar matahari karena bisa memudarkan warna aslinya.
“Lebih diangin-angin saja karena pewarrna alam atau tenun kena matahari langsung bisa pudar warnanya,” jelas Kerri.
Baca Juga: Fakta-Fakta Oklin Fia, Selebgram yang Viral Jilat Batang Es Krim
Gunakan Suhu Sedang saat Disetrika
Kemudian saat ingin disetrika, gunakan suhu yang sedang atau jangan terlalu panas. Sementara dalam menyimpan kain tenun agar tahan lama juga disarankan di tempat yang kering dan tidak lembab karena kain dengan pewarna alam cenderung menimbulkan bau dan mengundang serangga datang.
Di sisi lain, Kerri mengatakan beberapa tahun belakangan ini, kain tradisional seperti tenun sudah mulai dilirik masyarakat Indonesia yang mengeksplorasi kain wastra, meskipun tidak sepopuler batik dan kain ikat sumba yang “naik daun” lima tahun terakhir ini.
“Tenun naik daun jadi itu yang kita lihat, tren tenun terus naik mungkin orang Indonesia ingin eksplor wastra Indonesia yang lebih luas,” katanya.
Sekedar informasi pada helatan Jakarta Fashion Week 2024, ia dan Tobatenun melalui tema desain “Masa Rani”, ingin memperkenalkan tenun asli Karo, Sumatera Utara agar lebih dikenal masyarakat luas dan memperlihatkan bahwa kain tradisional bisa nyaman digunakan sehari-hari dengan 100 persen katun dan linen.