Di antara hamparan sawah yang menghijau di Boyolali, para santri tak hanya disibukkan dengan menghafal kitab dan mendalami ilmu agama. Menjelang malam-malam tertentu di bulan Ramadan, mereka turut melestarikan tradisi unik bernama Ngaji Senthir.
Ngaji Senthir, yang secara harfiah berarti “belajar dengan penerangan senthir” (sejenis lampu minyak tradisional), bukan sekadar kegiatan mengaji biasa.
Ini adalah cara para santri mengenang perjuangan para pendahulu mereka dalam menuntut ilmu agama.
Baca Juga: Ini Keutamaan Malam Lailatul Qadar di 10 Hari Terakhir Ramadan, Momen Turunnya Al-Qur’an
Saat hari menjelang senja, para santri akan berkumpul di lapangan atau halaman pondok pesantren. Mereka menggelar tikar sebagai alas duduk dan menyiapkan senthir di dekat mereka. Dengan cahaya senthir yang temaram, para santri mengaji Al-Quran atau kitab kuning bersama-sama, dipimpin oleh pengasuh pondok.
Kesederhanaan suasana ini justru menjadi benang merah yang menghubungkan para santri dengan perjuangan para pendahulu. Dulu, para kiai dan santri terdahulu menimba ilmu agama dalam keterbatasan. Minimnya penerangan tak menghalangi semangat mereka untuk belajar.