Uniknya Cara Santri di Boyolali Mengingat Perjuangan Para Pendahulu dengan Ngaji Senthir

By DP
5 Min Read
Di antara hamparan sawah yang menghijau di Boyolali, para santri tak hanya disibukkan dengan menghafal kitab dan mendalami ilmu agama. Menjelang malam-malam tertentu di bulan Ramadan, mereka turut melestarikan tradisi unik bernama Ngaji Senthir. (Foto: Pixabay)

Lebih dari Sekadar Nostalgia

Ngaji Senthir tak hanya bertujuan mengenang masa lalu. Kegiatan ini juga menanamkan nilai-nilai penting dalam diri para santri. Di antaranya:

Apresiasi terhadap perjuangan, dengan merasakan langsung keterbatasan yang dihadapi pendahulu, para santri belajar menghargai jerih payah mereka dalam menuntut ilmu.

Semangat belajar yang tak pernah padam, Ngaji Senthir menjadi pengingat bahwa keterbatasan sarana tak boleh menjadi penghalang untuk terus belajar dan memperdalam ilmu agama.

- Advertisement -

Kesederhanaan dan keprihatinan, dengan suasana yang sederhana dalam Ngaji Senthir menumbuhkan sikap bersyukur dan qanaah (menerima dengan lapang) di hati para santri.

Baca Juga: Daftar Amalan di 10 Malam Terakhir Ramadan, Buat Ibadah Puasa Makin Berkah

Ngaji Senthir: Tradisi Lestari Penuh Makna

Ngaji Senthir tak hanya kental dengan nuansa religi, tetapi juga budaya. Tradisi ini menjadi salah satu ciri khas pembelajaran agama di Boyolali, Jawa Tengah.

Para santri tak hanya dibekali ilmu agama, tetapi juga diajarkan untuk menghargai sejarah dan perjuangan para leluhur mereka.

Dengan diwariskan dari generasi ke generasi, Ngaji Senthir diharapkan terus menjadi nyala semangat yang tak pernah padam bagi para santri dalam menuntut ilmu agama.

Ngaji Senthir tidak hanya berhenti pada pelestarian tradisi dan penanaman nilai-nilai. Kegiatan ini juga bisa menjadi jembatan yang menghubungkan semangat juang santri masa lalu dengan tantangan santri masa kini.

Para santri masa kini dituntut untuk tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga mampu menghadapi berbagai tantangan zaman. Ngaji Senthir dapat menjadi sarana untuk:

Ngaji Senthir tak harus melulu identik dengan pengajian kitab kuning. Kegiatan ini bisa dikembangkan menjadi diskusi virtual dengan tema-tema yang relevan dengan para santri, seperti sejarah Islam, tokoh-tokoh Islam inspiratif, atau isu-isu sosial kemasyarakatan.

Leave a comment