INVERSI.ID – Menurut sebuah studi UNESCO, penurunan angka kemiskinan global bisa mencapai lebih dari setengah jika seluruh orang dewasa berhasil menamatkan pendidikan menengah.
Temuan ini menekankan betapa vitalnya peran pendidikan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia bagi kemajuan suatu negara.
Studi tersebut juga mengungkap, bahwa jika seluruh siswa di negara berpendapatan rendah dikuasai keterampilan membaca dasar, hampir 171 juta orang bisa terhindar dari jeratan kemiskinan ekstrem, seperti yang dilaporkan oleh United Nations Development Programme (UNDP).
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Universitas Stanford dan Universitas Ludwig Maximilian di Munich pada tahun 2021 menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan dalam matematika dan sains berkontribusi pada 75% pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global antara 1960 hingga 2000.
Fakta ini semakin menguatkan pandangan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam mengatasi kemiskinan dan mendongkrak ekonomi, khususnya bila generasi muda dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Pendidikan Tinggi di Negara Maju
Di negara-negara maju, tingkat pendidikan tinggi di kalangan pemuda tergolong sangat tinggi. Pendidikan lanjutan ini seringkali membuka peluang untuk riset mendalam atau karier di bidang-bidang yang menuntut keahlian khusus, seperti kedokteran dan profesi teknis lainnya.
Menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), penyelesaian pendidikan tinggi oleh generasi muda merupakan modal penting dalam memasuki pasar kerja yang kompetitif.
Data OECD tahun 2022 mengungkapkan bahwa Korea Selatan menempati peringkat teratas dengan hampir 70% penduduk muda usia 25-34 tahun yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi. Diikuti oleh Kanada dengan 67% dan Jepang dengan 65%. Berikut adalah peringkat 10 negara dengan persentase tertinggi penduduk muda (usia 22-34 tahun) yang menamatkan pendidikan tinggi:
- Korea – 69,58%
- Kanada – 66,97%
- Jepang – 65,68%
- Irlandia – 63,27%
- Luksemburg – 60,03%
- Lituania – 58,15%
- Inggris Raya – 57,70%
- Norwegia – 56,43%
- Belanda – 56,42%
- Australia – 55,93%
Kondisi di Indonesia
Mengacu pada data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dirjen Dukcapil) per Juni 2022, dari total 275,36 juta penduduk, hanya 4,39% yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana.
Untuk jenjang pendidikan lainnya, tingkat kelulusan mencapai 0,41% untuk D1 dan D2, 1,28% untuk D3, 0,31% untuk S2, dan hanya 0,02% yang berhasil menamatkan pendidikan S3.
Di samping itu, sekitar 20,89% penduduk hanya menyelesaikan pendidikan tingkat SMA atau sederajat, sementara 34,77% belum pernah atau tidak menyelesaikan pendidikan dasar.
Data tersebut mencerminkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Meningkatkan akses dan mutu pendidikan menjadi kunci untuk mengurangi kesenjangan dan mendongkrak pembangunan sumber daya manusia, sehingga Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju dalam era globalisasi.***