Bisnis jastip jadi favorit anak muda. (Foto: Pixabay)

Ini Alasan Bisnis Jastip Menjadi Pilihan Bagi Anak Muda

By Jack

INVERSI.ID – Tren jasa titip (jastip) untuk tiket konser maupun barang dari luar negeri masih menjadi pilihan favorit bagi banyak anak muda. Faktor harga yang lebih terjangkau serta akses yang lebih mudah menjadi alasan utama mengapa layanan ini tetap diminati.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menjelaskan bahwa terdapat perbedaan karakteristik antara jastip barang dan jastip tiket konser. Menurutnya, popularitas jastip barang didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah selisih harga yang cukup signifikan antara produk di luar negeri dan di Indonesia.

“Biasanya, orang yang menggunakan jastip barang mengincar produk bermerek yang sebenarnya tersedia di dalam negeri, tetapi harganya lebih murah jika dibeli langsung dari luar negeri. Selisih harga bisa mencapai 25 hingga 30 persen,” ungkap Huda, Selasa (11/2/2025).

Meskipun ada tambahan biaya jasa titip, lanjutnya, harga akhir produk yang dibeli melalui jastip masih tergolong lebih murah dibandingkan jika dibeli langsung di dalam negeri. Selain itu, ketersediaan barang juga menjadi faktor penting, terutama bagi produk-produk eksklusif yang tidak masuk pasar Indonesia.

Sementara itu, untuk jastip tiket konser, daya tarik utamanya terletak pada kemudahan serta jaminan mendapatkan tiket. Seperti yang diketahui, penjualan tiket konser sering kali berlangsung dalam waktu singkat dan sering kali menghadapi kendala teknis.

“Pelaku jastip tiket konser umumnya menawarkan kepastian mendapatkan tiket, sehingga memudahkan mereka yang kesulitan dalam proses pembelian langsung,” jelas Huda.

Baik jastip barang maupun jastip tiket konser semakin diminati seiring dengan perkembangan teknologi digital, terutama media sosial yang mempermudah komunikasi dan transaksi online.

“Jastip ini banyak digemari karena adanya kemajuan teknologi digital, baik dari segi media sosial maupun sistem transaksi online. Jika dilihat dari segi usia, jastip lebih sering digunakan oleh kalangan muda, meskipun tidak menutup kemungkinan kelompok usia dewasa juga ikut menggunakan layanan ini,” tambahnya.

Lebih lanjut, Huda menyoroti bahwa bisnis jastip ini lebih bersifat berbasis komunitas, karena tidak memiliki kantor fisik dan sepenuhnya bergantung pada kepercayaan pelanggan.

“Tidak ada regulasi khusus yang mengatur besaran fee jastip. Semakin besar komunitas dan semakin terpercaya pelaku jastip tersebut, maka fee jastip yang mereka tetapkan pun bisa lebih tinggi,” ujarnya.

Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa jika suatu layanan jastip menawarkan harga yang terlalu murah, pelanggan patut berhati-hati karena bisa saja ada indikasi penipuan.

Ia juga menambahkan bahwa meskipun semakin banyak layanan jastip bermunculan, biaya jasa tetap memiliki batasan tertentu karena adanya regulasi terkait impor barang dari luar negeri.

“Selain ada pembatasan aturan untuk jastip barang dari luar negeri, biaya jasa titip juga mempertimbangkan faktor risiko yang harus ditanggung pelaku usaha,” pungkasnya.***

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *