Sheikh Hasina mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Bangladesh di tengah unjuk rasa penuh kekerasan yang melanda negaranya. Ia meninggalkan kediaman resminya di Dhaka dengan helikopter beberapa saat sebelum ribuan demonstran menyerbu dan merusak tempat tersebut.
Hasina, yang berusia 76 tahun, adalah perdana menteri terlama dalam sejarah Bangladesh, dengan masa jabatan yang jika digabungkan hampir mencapai tiga dekade.
Ia pertama kali menjabat sebagai PM selama lima tahun, dari Juni 1996 hingga Juli 2001. Kemudian, ia kembali menjabat selama 15 tahun, mulai Januari 2009 hingga pengunduran dirinya pada 5 Agustus 2024.
Hasina bukanlah sosok baru dalam dunia politik Bangladesh. Ia adalah putri dari pendiri Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman, dan karier politiknya dimulai saat ia masih mahasiswa di Universitas Dhaka pada akhir 1960-an. Saat itu, ia aktif dalam politik dan menjadi penghubung bagi ayahnya ketika ayahnya dipenjara oleh pemerintah Pakistan.
Sheikh Hasina dan saudara perempuannya diterbangkan dengan helikopter militer menuju India dan mendarat di Agartala, ibu kota negara bagian Tripura di timur laut India yang berbatasan dengan Bangladesh.
Baca Juga: Tertinggi Sejak 1989, Bangladesh Catatkan Rekor Suhu Ekstrem
Pada tahun 1971, Hasina dan keluarganya sempat ditahan atas dugaan keterlibatan dalam pemberontakan selama perang kemerdekaan yang berujung pada pembebasan Bangladesh.
Namun, pada Agustus 1975, ayah, ibu, dan tiga saudara laki-lakinya dibunuh di rumah mereka oleh para perwira militer yang memberontak saat kudeta terjadi. Saat itu, Hasina yang berusia 27 tahun sedang berada di luar negeri.
Setelah itu, ia tinggal dalam pengasingan di luar negeri selama enam tahun sebelum akhirnya kembali ke Bangladesh untuk memimpin Partai Liga Awami, partai yang didirikan oleh ayahnya dan kini menjadi organisasi politik terbesar di negara tersebut.
Profil Sheikh Hasina
Hasina muncul sebagai pendukung demokrasi yang vokal dan sering menjadi tahanan rumah. Sebagai pemimpin oposisi, ia mengecam kekerasan pemerintah junta militer Bangladesh saat itu.
Hasina bersekutu dengan Khaleda Zia, pemimpin Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), untuk menggulingkan diktator militer Letnan Jenderal Hussain Mohammad Ershad. Pada tahun 1990, Ershad mundur setelah Hasina merilis ultimatum yang mendapat dukungan luas dari rakyat Bangladesh.
Namun, Hasina dan Zia kemudian berselisih, dengan persaingan mereka mendominasi politik modern Bangladesh. Sebagai pemimpin oposisi, Hasina menuduh BNP melakukan kecurangan pemilu dan memboikot parlemen, yang memicu unjuk rasa luas yang disertai kerusuhan.