Joko Pinurbo, yang dikenal juga dengan Jokpin, adalah salah satu penyair terkemuka Indonesia yang telah menorehkan gaya dan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia.
Dirinya lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 11 Mei 1962, Jokpin menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas) Sanata Dharma, Yogyakarta. Kegemarannya mengarang puisi ditekuninya sejak di duduk di bangku SMA.
Puisi-puisi Jokpin dikenal dengan gaya yang sederhana, lugas, dan penuh makna. Ia sering mengangkat tema-tema kehidupan sehari-hari, cinta, dan kemanusiaan.
Baca juga: Fakta-Fakta Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Sempat Dirawat di Rumah Sakit
Dalam karya puisinya ia kerap membuatnya dengan cara yang unik dan jenaka. Dengan demikian, karyanya banyak digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari remaja hingga orang tua.
Puisi Joko Pinurbo Paling Populer dan Terkenal
Berikut adalah daftar puisi Joko Pinurbo paling populer dan terkenal sepanjang dirinya berkarya sebagai seorang penyair.
1. Cita-cita
Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah
saat senja supaya saya dan senja sempat
minum teh bersama di depan jendela.
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat. Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.
Terberkatilah waktu yang dengan tekun
dan sabar membangun sengkarut tubuhku
menjadi rumah besar yang ditunggui
seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,
“Sudah kubuatkan sarang senja
di bujur barat tubuhmu. Senja sedang
berhangat-hangat di dalam sarangnya.
2. Doa Orang Sibuk
Tuhan, ponsel saya rusak dibanting gempa.
Nomor kontak saya hilang semua.
Satu-satunya yang tersisa ialah nomor-Mu.
Tuhan berkata:
dan itulah satu-satunya nomor yang tak pernah kausapa.
3. Kepada Uang
Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
yang cukup nyaman buat berteduh
senja-senjaku, yang jendelanya
hijau menganga seperti jendela mataku.
Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.
Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,
yang cukup hangat buat merawat
encok-encokku, yang kakinya
lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.
4. Doa Seorang Pesolek
Tuhan yang cantik,
temani aku
yang sedang menyepi
di rimba kosmetik.
Nyalakan lanskap
pada alisku yang gelap.
Ceburkan bulan
ke lubuk mataku yang dalam.
Taburkan hitam
pada rambutku yang suram.
Hangatkan merah
pada bibirku yang resah.
Semoga kecantikanku
tak lekas usai dan cepat luntur
seperti pupur.
Semoga masih bisa
kunikmati hasrat
yang merambat pelan
menghangatkanku
sebelum jari-jari waktu
yang lembut dan nakal
merobek-robek bajuku.
Sebelum Kausenyapkan warna.
Sebelum Kauoleskan
lipstik terbaik
di bibirku yang mati kata.
5. Doa Malam
Tuhan yang merdu,
terimalah kicau burung
dalam kepalaku.