INVERSI.ID – Marselino Ferdinan bukan hanya bintang muda Timnas Indonesia, tetapi juga memiliki kisah unik dalam dunia pendidikan. Pemain berusia 20 tahun ini berhasil menyelesaikan pendidikan menengahnya meski hanya hadir di sekolah sebanyak dua kali dalam tiga tahun!
Lulus SMA dengan Kehadiran Minim, Tapi Tetap Berprestasi
Marselino, yang kini bermain untuk Oxford United, resmi lulus dari SMA Negeri 21 Surabaya pada 2024 lalu. Momen kelulusannya sempat ia bagikan dalam sebuah video yang viral di TikTok melalui akun @arekpersebaya. Dalam video tersebut, Marselino mengungkapkan bahwa selama tiga tahun bersekolah, ia hanya sempat hadir di kelas dua kali.
“Terima kasih banyak kepada SMA Negeri 21 Surabaya. Sampai hari ini, selama tiga tahun sekolah, saya cuma masuk dua kali doang,” ucap Marselino dalam video tersebut, yang memperlihatkan dirinya berbicara di depan guru dan teman-temannya.
Meski jarang hadir, Marselino tetap diberikan kesempatan untuk lulus karena pihak sekolah memahami komitmennya terhadap sepak bola. Dukungan dari sekolahnya pun membuatnya semakin bersyukur.
“Masuknya bukan untuk belajar, tapi buat perkenalan sama guru-guru. Saya sangat bangga berada di sekolah yang benar-benar mendukung saya hingga saat ini. Terima kasih kepada semua guru,” tambahnya.
Karier Cemerlang di Timnas Membuka Jalan ke Perguruan Tinggi
Kesibukan Marselino dalam membela Timnas Indonesia membuatnya jarang berada di sekolah. Namun, kontribusinya yang besar bagi sepak bola Indonesia menjadi pertimbangan bagi SMA Negeri 21 Surabaya untuk tetap mengakomodasi pendidikannya.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Marselino langsung mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Pilihan jurusan ini sejalan dengan kariernya di dunia olahraga dan menunjukkan bahwa ia tetap memprioritaskan pendidikan di tengah jadwal sepak bola yang padat.
Marselino sendiri telah lama menjadi bagian penting dari Timnas Indonesia, baik di level U-19 maupun di tim senior. Meski bersaing dengan pemain-pemain naturalisasi dari Belanda, ia tetap menjadi pilihan utama dalam skuad Garuda, baik di era Shin Tae-yong maupun di bawah kepemimpinan Patrick Kluivert.
Dengan kombinasi antara bakat, kerja keras, dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, Marselino Ferdinan membuktikan bahwa pendidikan dan karier profesional bisa berjalan berdampingan. Kisahnya menjadi inspirasi bagi anak muda Indonesia untuk terus berusaha meraih impian mereka, baik di bidang olahraga maupun akademik.***