Bagi warga Kota Semarang, beberapa pekan terakhir ini mungkin merasakan sensasi cuaca yang tidak biasa. Siang hari terik panas, namun malam hingga pagi hari terasa lebih dingin dibandingkan biasanya. Fenomena ini dikenal dengan istilah “bediding”.
Bediding merupakan fenomena alam yang umum terjadi di Indonesia, khususnya pada saat musim kemarau, yang biasanya berlangsung di bulan Juli hingga September.
Fenomena ini ditandai dengan perbedaan suhu yang cukup signifikan antara siang dan malam hari.
Baca Juga: Mengenal Aurora Borealis, Fenomena Alam yang Terlihat di Inggris dan Belanda
Mengenal Bediding
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo, fenomena bediding disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Baca Juga: Daftar Fenomena Langit Juli 2024, Ada Aphelion hingga Buck Moon
- Posisi matahari: Saat ini, posisi matahari berada di belahan bumi utara, sehingga Indonesia mengalami musim kemarau. Akibatnya, intensitas sinar matahari yang diterima permukaan bumi di Indonesia meningkat.
- Minimnya awan: Pada musim kemarau, jumlah awan di langit berkurang. Awan berfungsi untuk memantulkan kembali radiasi panas matahari ke atmosfer, sehingga dengan minimnya awan, panas matahari lebih banyak yang diserap oleh permukaan bumi.
- Angin muson timur: Angin muson timur yang bertiup dari Australia membawa massa udara kering ke Indonesia. Udara kering ini memiliki kemampuan menahan panas yang lebih sedikit, sehingga pada malam hari, suhu udara akan turun lebih drastis.