inversi.id – Selametan merupakan ritual yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad ini bukan sekadar upacara ceremonial, melainkan mencerminkan filosofi hidup yang mendalam dari masyarakat Jawa.
Kata “selametan” berasal dari bahasa Arab “salamah” yang berarti keselamatan. Dalam konteks Jawa, selametan menjadi media untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan ketentraman hidup. Ritual ini mencerminkan harapan akan kehidupan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.
Selametan mengandung nilai-nilai luhur tentang kerukunan sosial. Ketika warga berkumpul untuk mengikuti ritual ini, terbangun ikatan sosial yang kuat. Berbagi makanan dalam selametan (berkat) melambangkan sikap berbagi kebahagiaan dan keberkahan dengan sesama.
Setiap hidangan dalam selametan memiliki makna filosofis:
- Nasi tumpeng melambangkan pengharapan akan keberkahan yang melimpah
- Ayam ingkung menggambarkan sikap berserah diri kepada Tuhan
- Jajanan pasar melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran
- Kemenyan sebagai sarana penghubung dunia manusia dengan alam spiritual
Selametan merupakan contoh akulturasi yang indah antara nilai-nilai Islam dan kearifan lokal Jawa. Doa-doa Islam yang dibacakan berpadu dengan tradisi Jawa menciptakan harmoni spiritual yang unik.
Meski zaman terus berubah, nilai-nilai dalam selametan tetap relevan. Semangat kebersamaan, gotong royong, dan harmonisasi sosial yang terkandung dalam tradisi ini menjadi penyeimbang di tengah individualisme modern.
Selametan bukan sekadar ritual, tetapi cerminan kearifan lokal yang mengajarkan nilai-nilai keharmonisan, kebersamaan, dan spiritualitas. Di era modern, pemahaman akan filosofi selametan dapat menjadi panduan untuk membangun kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang.