INVERSI.ID – Tanggal 30 September bagi sebagian orang mungkin hanya tanggal biasa. Namun, bagi bangsa Indonesia, tanggal ini menyimpan makna mendalam, mengingatkan pada peristiwa kelam yang mengguncang negeri: Gerakan 30 September (G30S/PKI).
Setiap tahun, tanggal ini menjadi momen untuk mengenang dan merenungkan peristiwa berdarah yang terjadi pada dini hari 1 Oktober 1965 atau G30S/PKI. Peristiwa yang menorehkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia, di mana enam jenderal dan satu perwira pertama diculik dan dibunuh secara kejam.
Salah satu cara untuk memahami peristiwa G30S/PKI adalah melalui film “Pengkhianatan G30S/PKI”. Film yang dirilis pada tahun 1984 ini menjadi media untuk mengingat dan mempelajari sejarah kelam tersebut.
Baca Juga: September 2024: Hari Libur, Tanggal Merah dan Peringatan Penting
Film ini disutradarai oleh Arifin C. Noer dan diproduksi selama dua tahun dengan anggaran yang cukup besar. Film ini menceritakan tentang kudeta politik yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan dampaknya bagi bangsa Indonesia.
Pelajaran dari G30S/PKI
Peristiwa G30S/PKI mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Peristiwa ini juga menjadi pengingat akan bahaya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Melalui film “Pengkhianatan G30S/PKI” dan berbagai sumber sejarah lainnya, kita dapat belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Tanggal 1 Oktober 1965 menandai peristiwa berdarah yang dikenal sebagai Gerakan 30 September (G30S/PKI).
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal dan satu perwira pertama TNI Angkatan Darat. Korbannya adalah:
- Letjen TNI Anumerta Ahmad Yani
- Mayjen TNI Anumerta R. Suprapto
- Mayjen TNI Anumerta Haryono Suyono
- Mayjen TNI Anumerta Siswondo Parman
- Brigjen TNI Anumerta D.I. Panjaitan
- Brigjen TNI Anumerta Sutoyo Siswodiharjo
- Lettu Czi Anumerta Pierre Tendean