Penyebab Gempa Megathrust di Gunungkidul
Gempa megathrust di Gunungkidul disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik, khususnya antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang bergerak ke arah utara dan menunjam di bawah lempeng Eurasia di zona subduksi selatan Jawa.
Lalu, zona subduksi yang merupakan proses penunjaman ini menyebabkan akumulasi tekanan dan energi di sepanjang batas lempeng.
Ketika tekanan tersebut mencapai titik puncak, terjadi pelepasan energi secara tiba-tiba yang memicu gempa bumi.
Jadi, gempa megathrust di Gunungkidul terjadi karena pergerakan lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia, melepaskan energi yang terakumulasi dan menyebabkan getaran yang dirasakan di permukaan bumi.
Baca Juga: Sejarah Berdiri Masjid Aolia Gunungkidul, Viral Usai Tentukan Lebaran Via Telepon Allah
Meskipun gempa megathrust di Gunungkidul memiliki kekuatan yang cukup signifikan, potensi terjadinya tsunami relatif kecil.
Gempa dengan kedalaman yang relatif dalam seperti ini umumnya tidak memicu tsunami.
Mekanisme gempa megathrust di Gunungkidul belum sepenuhnya diketahui. Namun, jika pergerakan lempeng tidak menyebabkan deformasi dasar laut yang signifikan, maka potensi tsunami akan lebih kecil.
Meskipun demikian, penting untuk tetap waspada dan mengikuti informasi resmi dari BMKG. Jika terjadi gempa dengan kekuatan besar dan berpotensi menimbulkan tsunami, BMKG akan mengeluarkan peringatan dini melalui berbagai saluran komunikasi.
Gempa susulan setelah gempa M 5,5 di Gunungkidul adalah hal yang umum terjadi. Potensi terjadinya gempa susulan sangat tinggi, terutama dalam beberapa hari hingga minggu setelah gempa utama.
*Ayo ikuti Inversi.id di Google News untuk mendapatkan informasi yang update seputar dunia hiburan, lifestyle, hingga berbagai berita menarik lainnya.