Ahmad Khoirul Umam, seorang pengamat politik dari Universitas Paramadina, berpendapat bahwa ketidakpastian Golkar terkait dukungan untuk Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024 atau Jawa Barat disebabkan oleh beberapa konsekuensi yang harus dihadapi partai tersebut.
Pertama, Umam menjelaskan bahwa konsolidasi kekuatan politik Golkar di Jawa Barat, yang telah berhasil meningkatkan suara dan jumlah kursi di tingkat lokal dan nasional, berisiko terpecah.
“Kedua, majunya RK selaku “mualaf politik” atau baru saja masuk ke dalam Golkar, untuk langsung maju ke panggung Pilgub di level Jakarta, tentu memunculkan kecemburuan besar dari sejumlah elite di internal Golkar yang telah lama berkontribusi untuk kebesaran partai,” ujar Umam.
Baca Juga: Momen Ridwan Kamil dan Keluarga Panjatkan Doa di Sungai Aare saat Ultah Eril
Umam juga menyebut bahwa mencalonkan Ridwan Kamil di Jakarta bisa menjadi “ancaman” bagi elite partai dalam kontestasi kepemimpinan nasional di Pemilu 2029.
“Jika bukan RK, lalu siapa tokoh yang layak dan sepadan untuk bisa diusung melawan Anies Baswedan, yang terbukti memiliki akar politik dan modal elektoral memadai di Jakarta?” tambahnya.
Oleh karena itu, Umam menekankan pentingnya perhitungan cermat dan taktis bagi Golkar melalui dua skema dasar.
“Pertama, jika akhirnya RK diajukan ke Jakarta, maka kontrak politiknya harus jelas, sehingga tidak ada elite partai yang merasa terancam oleh manuver-manuver politik RK di masa depan,” jelasnya.
“Kedua, Golkar juga harus segera memutuskan, untuk membuat kesepakatan-kesepakatan politik dengan partai-partai KIM, untuk melakukan trade off kekuatan politik lokal Jakarta dan Jabar,” lanjut Umam.
Menurut Umam, jika Golkar memutuskan untuk mendukung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024, partai-partai KIM seperti Gerindra, Demokrat, dan PAN harus memastikan mesin politik mereka efektif dalam memenangkan Ridwan Kamil.
Baca Juga: Wacana Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Demokrat: Belum Final
“Sebaliknya, keluarnya RK dari medan pertarungan Jabar, akan membuka peluang tokoh-tokoh dari Gerindra, Demokrat dan PAN, laiknya Dedi Mulyadi, Dede Yusuf, hingga Bima Arya Sugiarto, untuk masuk menjadi kontestan di Jabar,” tambahnya.
“Mesin Golkar yang kini menduduki peringkat kedua atau ketiga, dengan jumlah kursi sama dengan PKS sebanyak 19 kursi, juga harus all out untuk pemenangan Pilkada Jabar,” tutup Umam.