INVERSI.ID– Jika masyarakat di seluruh Indonesia mau tidak makan beras selama sehari setiap minggunya dan menggantinya dengan ragam pangan lokal lain, sebanyak 3,37 ton beras dapat dihemat dalam setahun. Hal itu tentunya dapat menurunkan biaya impor beras nasional.
Koordinator Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan, Said Abdullah, juga menyoroti soal tingginya konsumsi beras di Indonesia. “Konsumsi beras kita naik terus rata rata 1,34% dalam kurun 1981 sampai 2019,” katanya dalam Forum Bumi yang digelar oleh Yayasan KEHATI bersama National Geographic Indonesia di House of Izara, Jakarta, pada Kamis (10/10).
Persoalannya, menurut Said, jika beban pangan menumpuk di beras semua dan laju pertumbuhan petani padi itu makin makin miskin, itu adalah sebuah kejahatan. “Karena kita melakukan hal yang nggak fair. Kita naruh beban gede banget kepada petani itu, tapi kita juga nggak aware soal kehidupan mereka,” tegasnya.
Jadi, lanjut Said, bila Indonesia mau melakukan transformasi sistem pangan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah transformasi keadilan bagi para produsen pangan skala kecil di Indonesia. “Kalau mau minta transformasi sistem pangan, bagi saya menjadi lebih penting mendiskusikan soal bagaimana caranya para petani skala kecil itu, pekebun, peternak skala kecil itu bisa hidup dengan layak karena kita berhutang banyak pada mereka,” ucapnya.
Hal kedua, menurut Said, adalah menapaki soal keragaman pangan. Ia mengatakan bahwa Indonesia seharusnya menjadi negara yang paling bersyukur karena keanekaragaman hayatinya. Namun, sayangnya, konsumsi sagu dan berbagai pangan lokal lainnya justru menurun. Yang naik malah konsumsi gandum yang diimpor dari luar negeri.
Mengutip kata-kata ironis dari Puji Samedi, “Kita kelimpahan, tetapi juga ternyata kita sangat miskin.”
Koordinator Bidang Pangan Kementerian PPN/Bappenas, Ifan Martino, juga hadir dalam Forum Bumi ini. Dia menjelaskan rencana pembangunan jangka panjang nasional Indonesia dalam bidang pangan.
“Indonesia jumlah penduduknya masih akan terus naik sampai 2045. Sekitar 320 jutaan penduduk Indonesia akan membutuhkan pasokan pangan di 2045, sementara seperti kita ketahui, resources kita terbatas, pertanian kita terbatas, air kita terbatas. Jadi di sini ada ketidakseimbangan antara demand dan supply,” papar Ifan.
Ifan mengutip data studi tahun 2021 yang menyelidiki seberapa mahal diet yang sehat di Indonesia. “Bapak/Ibu bisa lihat di sini, ternyata 48% masyarakat di Indonesia belum bisa membeli diet yang sehat.” Jadi, “hampir setengah penduduk di Indonesia itu belum sehat.”