Inversi.id – Pasca peristiwa perundungan kepada peserta didik berkebutuhan khusus disalah satu SMP Negeri Cimanggis Kota Depok, KPAI langsung turun tangan dengan mendatangi rumah korban.
Wakil Ketua KPAI Jasra Putra mengatakan bahwa ada persoalan serius tentang bullying yang selama ini dilaporkan orang tua korban, namun kurang mendapat perhatian sekolah.
Dalam pernyataan kepada KPAI, korban menyatakan peristiwa tersebut bukan yang pertama. Begitupun orang tua korban menyatakan setiap dilaporkan perlakuan teman-temannya tersebut, tidak pernah tuntas ditangani sekolah.
Ini terbukti ketika kepala sekolah merespon peristiwa yang baru saja terjadi dengan berkata “Masih sadar ya pak (anaknya)”.
“Orang tua korban menilai kepsek tidak sensitif korban, tidak memiliki perspektif disabilitas, dan seperti menormalisasi keadaan. Sehingga apa yang menjadi hambatan dalam penyelenggaraan pendidikan untuk anaknya terus terjadi,” terang Jasra dalam keterangannya, Senin (7/10/2024).
Menurutnya, anak korban menjelaskan peristiwa pasca selesai upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila selesei, di situlah terjadi.
“Korban mengatakan menerima tendangan, kekerasan di punggung, tangannya di cakar. Pelakunya tidak hanya 1 orang,” jelas Jasra.
Ia melanjutkan bahwa beberapa peristiwa yang pernah dialami, seperti pernah kepala dan tubuhnya di dorong, hingga hampir terjatuh. Hanya saja korban tidak bisa melihat wajah yang mendorongnya, karena langsung berlari menghindar.
“Jadi korban bercerita perilaku teman-temannya. Korban menyampaikan para pelaku, juga ada di ruang kelas lain,” kata Jasra.
Berdasarkan keterangan orang tua korban, selama ini anaknya tidak bisa melawan, karena perilaku yang terus berulang yang ujungnya kurang diperhatikan dalam berkomunikasi.
“Padahal ia ingin menyampaikan apa yang dialami. Dengan peristiwa melukai diri sendiri, menunjukkan rasa kecewa mendalam atas ketidakperhatian. Sehingga terjadilah peristiwa tersebut kepada kami,” tambahnya.
Jasra menyatakan bahwa orang tua korban sangat kecewa atas respon seorang guru berinisial SR yang menyampaikan bahwa anak korban baik-baik saja.
“Guru hanya melihat anak melukai diri sendiri, tidak ada yang memukul anak. Padahal ini hambatan anak dalam mencari akses komunikasi ke sekolah, yang berakhir dengan anak putus harapan dan menyampaikan kekecewaan mendalamnya dengan kaca pecah dan urat tangan anak putus,” paparnya.
“Artinya ada masalah serius, soal mindset sekolah melihat anak disabilitas yang sudah menunjukkan kekecewaan besarnya namun belum dilihat sebagai bentuk protes,” tambah dia.
Jasra mengatakan jika orang tua korban merasa sangat perhatian selama ini dalam tumbuh kembang anaknya, justru peristiwa anak korban berani melukai diri, membuat situasi sangat khawatir kondisi anak ke depannya.
“Anak mengalami tekanan, hingga berani selfharm.
Orang tua korban mendorong berbagai pihak membantu dalam pemulihan sampai tuntas, karena takutnya akan berdampak ke depan, setelah memuncaknya kekesalan, dan kekecewaan atas peristiwa tersebut. Kekhawatiran orang tua bertambah setelah lepas visum dan BAP,” pungkasnya.
KPAI Turun Tangan dalami Kasus Perundungan Siswa SMP Disabilitas di Depok
Leave a comment
Leave a comment