INVERSI.ID – Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung, menanggapi ide dari Ridwan Kamil terkait program “Maghrib Mengaji.”
Dalam pandangannya, Pramono Anung menekankan pentingnya tidak menggunakan agama dan etnis dalam politik.
“Pertama, bagi partai kami, bagi saya pribadi, urusan diskriminalitas, kami akan menciptakan rasa aman bagi bapak-bapak ibu-ibu sekalian. Paling penting juga yang nggak boleh agama digunakan di dalam politik,” ujar Pramono Anung.
Ia menegaskan kembali sikapnya dengan menyatakan, “Makanya saya menyampaikan secara terbuka dalam politik, dalam Pilgub ini kami sama sekali tidak akan membawa agama, etnisitas.”
Baca Juga: Teken Pakta Integritas Bereskan Masalah Kampung Bayam, Pramono Anung: Bukan Urusan Elektoral
Mantan Sekretaris Kabinet tersebut juga menyinggung salah satu pasangan calon yang mengusulkan adanya program wajib mengaji bagi anak sekolah. Pramono menyampaikan bahwa Pilkada DKI Jakarta lebih berfokus pada pembangunan kota, bukan isu-isu keagamaan.
“Sama sekali tidak bahwa ada yang mengusulkan untuk sampai magrib di SMA-nya kemudian mengaji. Ya silakan lah mereka saja, kami tidak. Karena bagi kami yang namanya Pilgub ini bukan hal yang bersifat keagamaan, tetapi inilah bagaimana membangun Jakarta menjadi lebih baik,” jelasnya.