Jusuf Hamka menjadi salah satu sosok yang menarik perhatian dalam bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Partai Golkar mengusung namanya untuk maju dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Namun, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyebut bahwa pria yang akrab dipanggil Babah Alun ini batal terjun ke dunia politik karena partai pendukungnya memilih Ridwan Kamil sebagai calon untuk Jakarta.
Jusuf Hamka dikenal sebagai raja jalan tol di Indonesia. Namun, siapa sangka, dia pernah membantu menyelamatkan usaha keluarga pendiri Astra. Sejak didirikan pada tahun 1957, Astra berhasil menguasai lebih dari 50% pasar otomotif di Indonesia.
Baca Juga: Wacana Duet Kaesang dan Jusuf Hamka di Pilkada Jakarta 2024, PSI: Tak Ada Kesepakatan
Selain otomotif, keluarga Soeryadjaya, pendiri Astra, juga merambah ke sektor perbankan melalui anaknya, Edward Soeryadjaya.
Dalam buku “Liem Sioe Liong dan Salim Group” karya Richard Borsuk dan Nancy Chng (2016), disebutkan bahwa Edward membeli Bank Agung Asia pada tahun 1988 dan mengubah namanya menjadi Bank Summa.
Bank ini tumbuh pesat di bawah kendali Edward, dengan aset meningkat dari Rp 200 miliar menjadi Rp 874 miliar dan menjadi salah satu dari 10 bank swasta terbaik di Indonesia pada akhir 1990.
Namun, pada tahun 1992, Bank Summa mengalami krisis akibat memburuknya kualitas portofolio pinjaman. Banyak kontraktor yang gagal membayar cicilan, ditambah dengan utang luar negeri yang mencapai Rp 1,5 triliun.
Baca Juga: KIM Belum Tentukan Calon, Golkar Usulkan Jusuf Hamka Dampingi Kaesang di Pilkada Jakarta 2024
Bank Indonesia mengadakan pembicaraan intens dengan para pemegang saham, namun tidak bisa memberikan bantuan langsung.
Di saat krisis tersebut, Jusuf Hamka, pemilik Dayak Besar Group, memberikan pinjaman sebesar Rp 200 miliar untuk menyelamatkan Bank Summa. Jusuf Hamka, bersama pengusaha lain seperti Prajogo Pangestu dan Eka Tjipta Widjaja, berusaha mencegah efek domino yang bisa merugikan perekonomian negara.
Namun, meski bantuan tersebut mengalir, Bank Summa tetap tidak dapat diselamatkan dan akhirnya izinnya dicabut pada akhir tahun 1992.
Untuk menyelamatkan uang para nasabah, William Soeryadjaya terpaksa menjual 76% sahamnya di Astra International. Setelah kejadian ini, nama keluarga Soeryadjaya meredup, sementara Jusuf Hamka semakin dikenal sebagai pengusaha sukses, beralih dari industri kayu ke sektor jalan tol dengan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP).