Selama bertahun-tahun, anggapan bahwa tidur berperan penting dalam membuang racun dari otak telah menjadi pengetahuan umum. Tidur diyakini membantu sistem glimfatik, yang merupakan jaringan kompleks pembuluh darah dan ruang di otak, untuk membersihkan produk limbah dan racun berbahaya.
Namun, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience pada tahun 2024 menantang anggapan ini. Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan di Imperial College London ini menunjukkan bahwa tidur tidak meningkatkan pembersihan racun dari otak.
Penelitian ini menggunakan tikus sebagai model untuk mengukur aliran cairan di otak. Tikus disuntikkan pewarna fluoresen dan diamati pergerakannya di bawah berbagai kondisi, termasuk saat terjaga, tidur, dan dibius. Hasilnya menunjukkan bahwa pembersihan pewarna dari otak justru berkurang selama tidur, sekitar 30% lebih lambat dibandingkan saat tikus terjaga.
Baca Juga: Sering Tidur Menggunakan AC Bisa Picu Paru-paru Basah? Ini Jawabannya
Temuan ini bertentangan dengan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa tidur meningkatkan aliran glimfatik, yang memungkinkan pembuangan racun lebih efisien. Para peneliti menduga bahwa penurunan aliran glimfatik saat tidur mungkin disebabkan oleh berkurangnya aktivitas otak dan metabolisme.
Meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa tidur tidak secara langsung membersihkan racun dari otak, tidur tetap memiliki banyak manfaat penting bagi kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan. Tidur yang cukup membantu meningkatkan konsentrasi, memori, dan kemampuan belajar. Tidur juga berperan penting dalam mengatur emosi, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan menjaga kesehatan jantung.
Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Sering Mengigau saat Tidur, No 2 Sangat Pentin
Para ilmuwan masih terus mempelajari mekanisme pembuangan racun di otak. Salah satu teori terbaru menunjukkan bahwa sistem glimfatik lebih aktif saat kita terjaga dan bergerak. Aktivitas fisik dan mental dapat meningkatkan aliran cairan di otak dan membantu membersihkan produk limbah.