Buka Peluang Beli KRL Bekas Jepang, Erick Thohir: Jika Harganya Cocok

By DP
2 Min Read
Menteri BUMN Erick Thohir membuka peluang untuk membeli KRL bekas Jepang/Foto/ Instagram/@erickthohir

Menteri BUMN Erick Thohir membuka peluang untuk membeli KRL bekas Jepang, jika harganya cocok.

Hal ini terjadi, sebagai respon dari kekurangan kapasitas KRL di Indonesia yang masih jauh dari kata memadai.

Namun, kata Erick Thohir, pembelian KRL bekas dari Jepang itu dilakukan jika dengan harga mahal.

- Advertisement -

“Kalau kemahalan ya opsinya tidak. Kalau kita cuma membebani penambahan kapasitas dengan harga mahal kita harus berpikir ulang,” jelas Menteri BUMN Erick Thohir dalam sebuah keterangan yang diterima pada Rabu, 19 April 2023.

Opsi Terbaik

Hingga kini, pemerintah masih mencari sebuah opsi terbaik soal opsi pembelian KRL bekas dari Jepang.

“Kemarin kan sudah dibicarakan, tentu sekarang peningkatan di kereta ini cukup tinggi. Solusinya apa? apakah impor atau buat sendiri? Nah ini yang lagi dihitung kembali,” jelasnya.

Banyak pihak beranggapan, pembelian KRL bekas Jepang disebut sebagai penghalang kemajuan industri kereta api di Indonesia secara nasional.

Kini, pemerintah tengah fokus pada kebutuhan armada KRL yang berasal dari produk dalam negeri.

Impor KRL disebut kurang tepat. Sebab, masih ada beberapa unit yang bisa dioptimalkan.

Dari segi harga, pembelian KRL bekas Jepang dari segi estimasi dari hasil audit BPKP, pemerintah meminta PT KCI untuk meninjau ulang atas sarana yang telah ada.

Tak Mungkin Mangkrak

Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir juga memastikan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) tidak mungkin mangkrak.

Meski, kata Erick Thohir, proyek tersebut telah menelan biaya yang membengkak.

“Hasil negosiasi kereta cepat harus berjalan, tidak mungkin kita mangkrakkan,” kata Erick Thohir.

“Kalau bengkaknya itu karena korupsi, kita harus musnahkan, tapi ini jelas bengkaknya karena pada saat covid-19, karena proyek-proyek banyak yang mundur,” lanjutnya.

Soal pembengkakan biaya proyek KCJB, kata Menteri BUMN, terjadi lantaran naiknya harga sejumlah komponen utama proyek tersebut, termasuk besi dan baja, hingga terganggunya rantai pasok.

“Konteks pembangunan infrastruktur itu tidak mungkin seperti kita membangun supermarket (yang bisa cepat). Jalan tol dibangun selama delapan tahun dan terbukti hari ini mulai visible dengan kendaraan dan pergerakan ekonomi yang membaik,” terangnya.

Leave a comment