Fakta-Fakta Dugaan Ajaran Menyimpang di Ponpes Al-Zaytun, Pernyataan Kontroversial Soal Masjid hingga Kotak Amal

By DP
5 Min Read
Dugaan ajaran menyimpang di Ponpes Al-Zaytun kembali muncul ke permukaan. Kali ini, Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Indramayu, Panji Gumilang kembali mengeluarkan sejumlah pernyataan kontroversial soal masjid dan kotak amal dalam sebuah ceramah. (Foto: al-zaytun.sch.id)

Dugaan ajaran menyimpang di Ponpes Al-Zaytun kembali muncul ke permukaan. Kali ini, Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Indramayu, Panji Gumilang kembali mengeluarkan sejumlah pernyataan kontroversial soal masjid dan kotak amal dalam sebuah ceramah. Berikut fakta-faktanya.

Panji Gumilang kembali melontarkan pernyataan kontroversial yang menyebut bahwa masjid merupakan tempat orang-orang putus asa dan kotak amal yang kerap beredar di masjid. Menurutnya, hal ini sangat memalukan, pasalnya sampai sekarang masih banyak masjid di Indonesia yang belum memiliki donatur tetap.

Pria 76 tahun itu menyatakan masjid yang berada di Indonesia merupakan masjid yang dipenuhi orang-orang putus asa. Sementara dia beranggapan ‘konsep’ masjid yang sebenarnya ada di Vatikan.

- Advertisement -

“Masjid itu adanya di Vatikan sana, di sini (Indonesia) tempat orang-orang putus asa, masjid-masjid itu,” ujar Panji Gumilang dikutip dari akun TikTok Hery Patoeng, Minggu, 18 Juni 2023.

Masjid Tak Bisa Jadi Pusat Peradapan

Masih menurut Panji, masjid yang berada di Indonesia tidak bisa disebut sebagai pusat peradaban, sebab, kata Pimpinan Ponpes Al Zaytun itu, masjid yang berdiri di Tanah Air masih kesulitan untuk mendapatkan uang dari jemaahnya.

Menurutnya, hal demikian cukup memalukan jika disebut sebagai pusat peradaban. Sebab, sangat miris melihat kenyataan, para jemaah baru akan memberi uang ketika kotak amal diedarkan.

“Hanya duduk, dipaksa ngisi kaleng (kotak amal) keluar, selesai. Ini masjid peranannya, katanya, sebagai pusat peradaban, tidak ada. Yang ada peradaban pungutan uang.” kata Panji Gumilang.

“Kalau itu disebut sebagai peradaban, memalukan. Maknanya, orang yang masuk masjid ini pelit, diedarkan kotak, baru ngasih,” lanjutnya.

Donatur Tetap

Panji Gumilang menjelaskan apabila sebuah masjid ingin disebut sebagai pusat peradaban, maka masjid harus memiliki donatur tetap, atau jemaah yang secara konsisten memberi sumbangan tanpa diminta. Hal ini berdasarkan hasil peneitiannya yang di Vatikan untuk mencari tahu bagaimana Vatikan bisa sangat besar.

“Ternyata sumbangan ke Vatikan itu tidak melalui kotak amal keliling. Saya melihat dalam penelitian, membaca sejarah Vatikan, dengan gerejanya itu, semuanya setiap bulan itu rekening masuk dari para jemaahnya,” pungkas Panji

Sekedar informasi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat mengaku sempat ditolak berdialog dengan Ponpes Al-Zaytun soal ajaran yang diberikan kepada santri soal dugaan ajaran menyimpang di Ponpes Al-Zaytun.

Sejarah Ponpes Al Zaytun

Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun belakangan viral di media sosial karena beragam tata cara peribadatan yang dinilai berbeda dengan penganut Islam pada umumnya. Selain itu pernyataan pimpinan pesantren Al Zaytun Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang juga kerap kontroversial.

Dilansir dari berbagai sumber, Ponpes Al Zaytun berada di di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Indramayu, Jawa Barat. Al Zaytun berdiri di bawah Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) yang berdiri pada 13 Agustus 1996. Ponpes tersebut diresmikan secara umum pada 1 Juli 1999 oleh mantan presiden BJ Habibie.

Kementerian Agama melalui Suryadharma Ali, Menteri Agama pada tahun 2011, menepis adanya penyimpangan ajaran Islam di Ponpes Al-Zaytun. Menurut Suryadharma Ali, kurikulum yang diajarkan di pondok pesantren itu tidak menyimpang dari ajaran Islam. Kementerian Agama, kata dia, sangat berhati-hati dalam menyikapi isu keterkaitan Al-Zaytun dengan pemikiran maupun gerakan Negara Islam Indonesia (NII).

Kementerian Agama juga menyebut pendidikan yang diberikan kepada para siswa, seperti Piagam Madinah dan Hak Asasi Manusia serta jurnalistik. Selain itu, siswa dibekali kemampuan untuk mampu mengajar. Dalam situsnya www.al-zaytun.sch.id Popes Al Zaytun mengklaim menjadi pusat Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian.

Pada tahun 2011 Ponpes Al Zaytun sempat diisukan sebagai Ponpes yang menyimpang, bahkan sebuah buku membahasnya dengan teknik investigasi dengan judul Al-Zaytun: The Untold Stories. Buku tersebut ditulis berdasarkan riset investigasi terhadap Ponpes itu. Buku tersebut mengurai sejarah berdiri dan perkembangan Ponpes Al-Zaytun. Buku ini juga mengungkap misteri kunci yang selama ini diributkan banyak kalangan tentang tokoh, doktrin dan ajaran keagamaan, serta sumber pendanaan pesantren tersebut.

Sistem pendidikan di Ponpes Al-Zaytun menganut Sistem Pendidikan Satu Pipa (One Pipe Education System), yaitu sistem pendidikan yang berkelanjutan dari tingkat usia dini hingga perguruan tinggi.

Leave a comment