“Rezim yang kami ulas dalam film ini lupa bahwa kekuasaan itu ada batasnya. Tidak pernah ada kekuasaan yang abadi. Sebaik-baiknya kekuasaan adalah, meski masa berkuasa pendek, tapi bekerja demi rakyat,” ungkapnya.
“Seburuk-buruknya kekuasaan adalah yang hanya memikirkan diri dan keluarganya dengan memperpanjang kuasanya,” lanjutnya.
Baca Juga: Fakta-Fakta Ketua KPU Terbukti Langgar Kode Etik Terkait Gibran sebagai Cawapres
Dirty Vote merupakan karya dokumenter yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono. Laksono berharap bahwa film ini dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat, terutama dalam suasana tenang menjelang pemilu.
“Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres, tapi hari ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara,” ujarnya.
Sementara itu, sebanyak 20 lembaga turut terlibat dalam produksi film ini, termasuk Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch, LBH Pers, YLBHI, dan lainnya.