Gempa Garut Bukan Megathrust
Menurut BMKG, gempa ini disebabkan oleh aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa Barat. Analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa tersebut juga memengaruhi daerah sekitarnya dengan intensitas yang berbeda. Daerah Sukabumi dan Tasikmalaya merasakan guncangan dengan intensitas IV MMI, sementara Bandung dan Garut dengan intensitas III-IV MMI. Daerah lain seperti Tangerang, Tangsel, Bogor, DKI Jakarta, Kebumen, Banyumas, dan Cilacap merasakan dengan intensitas III MMI.
Baca Juga: Jelang Tahun Baru 2024, Gempa Bumi Guncang Kabupaten Sumedang
Hingga pukul 23.55 WIB, BMKG belum mencatat adanya aktivitas gempa susulan. BMKG juga menyatakan bahwa gempa tersebut bukan termasuk dalam kategori gempa megathrust, dan tidak memiliki potensi tsunami.
Dilansir dari Antara, jalan Tol Cipularang dan Padaleunyi dilaporkan dalam kondisi baik pasca-gempa, tanpa adanya laporan mengenai dampak gempa pada malam tersebut, demikian yang disampaikan oleh Marketing and Communication Department Head Jasamarga Metropolitan Tollroad, Panji Satriya, di Jakarta pada Minggu, 28 April 2024.
Baca Juga: Profil dan Biodata Gelandang Persib Levy Clement Madinda Fokus Menang di Kandang
Sejauh ini kondisi jalan tol khususnya Tol Cipularang dan Tol Padaleunyi serta rest area baik, belum ada laporan terkait dampak gempa tadi malam,” katanya.
Panji juga menambahkan bahwa Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) atau rest area di jalan tol juga dalam kondisi baik setelah gempa dengan magnitudo 6,5 di Kabupaten Garut, Jawa Barat.