Kiprah PPP dalam Sejarah Pemilu Usai Dipastikan Tak Lolos untuk Pertama Kalinya

By DP
4 Min Read
Kiprah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam sejarah pemilu usai dipastikan tak lolos untuk pertama kalinya, dengan tidak memenuhi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold sebesar 4% dalam Pemilu 2024. (Foto: Twitter/@DPP_PPP)

Kiprah PPP dalam Sejarah Pemilu

Sejak berkuasa, Presiden Soeharto memang tak ingin ada banyak partai di Indonesia. Karena ia belajar dari era demokrasi terpimpin masa Soekarno saat keberadaan banyak partai terbukti tidak efektif.

Saat itu, partai-partai yang ada malah saling menjatuhkan satu sama lain, sehingga stabilitas politik terganggu dan kebijakan negara tak terwujud.

Soeharto yang tak mau masalah itu terjadi saat dia berkuasa. Maka, lahirlah ide fusi atau penyederhanaan partai.

- Advertisement -

Namun, ide tersebut tak langsung terwujud saat Soeharto berkuasa.

Baca Juga: Profil dan Biodata Gelandang Persib Levy Clement Madinda Fokus Menang di Kandang

Tepat pada Pemilu pertama Orde Baru tahun 1971, semua partai apapun ideologinya masih bertanding. KPU pun menetapkan organisasi masyarakat, Golongan Karya (Golkar), memenangi Pemilu.

Selama Orde Baru berkuasa, Partai Persatuan Pembangunan menjadi pilihan politik para tokoh Islam dan pendukungnya.

Selain PPP, kelompok lain yang terdampak fusi adalah golongan partai nasionalis, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) serta Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik. Mereka bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

PDI, PPP dan Golongan Karya saling berebut suara di tiap pemilu Orde Baru, dan lagi-lagi Golkar yang menang.

Masuk era reformasi hingga kini, PPP harus berjuang dengan sengit karena ketatnya persaingan antar partai.

Terlebih, banyaknya partai baru serta pergeseran ideologi tiap waktu dan tren elektoral.

Leave a comment