Lonjakan suara PSI
Sigit mencatat, justru Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai partai yang selisih jumlah suaranya tertinggi antara hasil di Sirekap dan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei.
Jika dibandingkan dengan hitung cepat yang dikeluarkan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), misalnya, selisih suara PKB bisa mencapai 0,86 persen suara.
Di posisi kedua, ada Partai Golkar dengan selisih 0,51 persen suara dan Partai Gelora di posisi ketiga dengan selisih 0,45 persen suara. Sementara perolehan suara PSI di Sirekap saat ini hanya selisih 0,24 persen dengan hasil hitung cepat yang dikeluarkan oleh SMRC.
”Boleh dicek, selisih perolehan suara PSI di Sirekap dibandingkan dengan beberapa hasil hitung cepat, angkanya ada di bawah beberapa partai lain. Bahkan, kalau mengacu ke hasil hitung cepat Charta Politika, selisih suara PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) mencapai 0,29 persen di atas PSI yang hanya selisih 0,21 persen,” ungkap Sigit.
Namun, ia tidak mengerti mengapa yang dipersoalkan publik hanya selisih Sirekap dengan hitung cepat pada perolehan suara PSI. Dari sini, ia melihat ada upaya terorkestrasi untuk mendelegitimasi pemilihan presiden dengan menggunakan pileg.
“Lalu, PSI dijadikan proxy untuk aksi delegitimasi ini,” kata pria kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah pada 27 Januari 1975.
Baca juga: PSI Alami Lonjakan Suara di Pemilu 2024, PPP Serukan Pengawalan Ketat