Pertemuan Presiden Jokowi dengan 3 Bakal Capres Dinilai Jadi Tradisi yang Baik

By Anisa
3 Min Read
Pertemuan Presiden Jokowi dengan 3 Bakal Capres Dinilai Jadi Tradisi yang Baik (Foto: Instagram/@jokowi)

Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan ketiga bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Istana Merdeka, Jakarta pada Senin, 30 Oktober 2023.

Setelah pertemuan itu, banyak yang memberikan tanggapan, salah satunya adalah pakar komunikasi Stikosa AWS, Dr. Jokhanan Kristiyono, ST, M.Med.Kom., menyebut makan siang Jokowi bersama ketiga bakal capres menjadi catatan yang sangat positif.

Tradisi yang Baik

Jokhanan mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut menjadi tradisi yang baik. Bahkan ia juga memuji dengan apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.

- Advertisement -

“Ini tradisi yang baik. Dan untuk urusan ini, Presiden Jokowi benar-benar patut dipuji,” kata Jokhanan di Kampus Stikosa AWS, Surabaya.

Dampak Citra Positif dan Negatif

Lebih lanjut, Jokhanan mengatakan bahwa ada dua hal yang bisa digarisbawahi dalam pertemuan tersebut. Pertama dampak komunikasi politik yang mengarah pada citra positif dan citra negatif.

Dikutip dari Antara, dampak citra positif dalam pertemuan itu bisa menjadi cermin semangat demokrasi, dialog, dan perdamaian.

“Hal ini dapat dianggap sebagai langkah positif menuju rekonsiliasi, kolaborasi, dan kerja sama antara berbagai pihak yang sebelumnya bersaing atau berseberangan. Citra positif dapat tercipta jika pertemuan tersebut dilakukan secara terbuka, transparan, dan dengan niat baik untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar,” lanjutnya.

Baca Juga: Profil dan Biodata Gelandang Persib Levy Clement Madinda Fokus Menang di Kandang

Sementara citra negatif, pertemuan semacam ini juga dapat dianggap sebagai tindakan politik pragmatis atau strategis.

“Beberapa pihak mungkin melihatnya sebagai upaya pencitraan atau untuk kepentingan politik pribadi, terutama jika pertemuan tersebut tidak diikuti dengan tindakan konkret yang mendukung kesejahteraan masyarakat atau penyelesaian masalah yang lebih besar,” tambah Jokhanan.

Dalam kesempatan itu, Jokhanan memberikan contoh negara yang mengadakan pertemuan antara pemimpin politik yang berasal dari kubu berseberangan atau partai yang berbeda terjadi di banyak negara yaitu Amerika Serikat.

Baca Juga: Fakta-Fakta Oklin Fia, Selebgram yang Viral Jilat Batang Es Krim

Jokhanan mencontohkan setelah Pemilu 2016, Presiden terpilih yakni Donald Trump bertemu dengan pesaingnya, Hillary Clinton di Gedung Putih. Langkah ini dilakukan untuk menunjukkan persatuan setelah pemilu yang sengit.

“Dan ini memberi kesan pada khalayak bahwa bangsa Amerika sedang dalam keadaan baik-baik saja,” ungkapnya.

Opini yang Dibangun

Jokhanan menambahkan, dalam konteks pertemuan Jokowi dan tiga kandidat, bisa jadi ada opini yang dibangun bahwa mereka tidak sedang bersitegang. Presiden Jokowi misalnya, sempat dituduh sebagai pihak yang mengamini tradisi poltik dinasti gara-gara gagasan jabatan presiden tiga periode ditolak.

“Saya sangat berharap, meski ini bukan keharusan, Presiden bisa menjelaskan situasinya. Tentang Kaesang Pangarep yang kini jadi Ketua Umum PSI, dan Gibran Rakabuming Raka yang kini jadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo, bahkan tudingan politik dinasti itu sendiri,” jelas Jokhanan.

Leave a comment