Militer Amerika Serikat bersama Inggris melakukan serangan terhadap Houthi di wilayah Yaman pada Kamis (11/1/2024).
Aksi militer Amerika Serikat dan Inggris ini merupakan bentuk respon terhadap Houthi yang sebelumnya melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Baca juga: Fakta-fakta AS dan Inggris Serang Houthi di Yaman, Gunakan Jet Tempur hingga Rudal Tomahawk
Berdasarkan informasi yang mengemuka, sejumlah kapal perang dan kapal selam melancarkan serangan terhadap 12 target Houthi di wilayah Yaman.
Menurut saksi mata di Yaman, ledakan-ledakan akibat serangan itu hampir terjadi di seluruh wilayah setempat, meski sasaran utamanya adalah pangkalan militer yang berdekatan dengan Bandara Sanaa.
Selain itu, sasaran utama serangan Amerika Serikat itu adalah sebuah situs militer di dekat Bandara Taiz, sebuah pangkalan angkatan laut Houthi di Hodeidah dan situs militer di provinsi Hajjah.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dalam keterangannya masih dikutip dari Reuters menyatakan bahwa pihaknya tidak akan membiarkan adanya serangan Houthi yang menyasar Laut Merah.
Baca juga: Presiden Turki Sebut Benjamin Netanyahu akan Diadili Sebagai Penjahat Perang dan Penjagal Gaza
“Serangan yang kami lancarkan adalah sebuah pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan sekutu kami tidak akan mentolerir serangan Houthi terhadap personel kami ataupun yang berseberangan dengan mereka dalam yang melintasi Laut Merah,” ujar Biden.
Pernyataan Milisi Houthi atas Serangan Amerika Serikat dan Inggris
Milisi Houthi buka suara atas serangan Amerika Serikat-Inggris ke Yaman.
Melalui unggahannya di media sosial, seorang pejabat senior Houthi, Mohammed Al Bukhaiti, mengatakan AS dan Inggris akan menyesal menyerang Yaman.
“(Serangan) ini adalah kebodohan terbesar dalam sejarah mereka. (AS dan Inggris) telah melakukan kesalahan,” kata Al Bukhaiti.
Al Bukhaiti mengatakan dunia saat ini menyaksikan “perang unik” antara pihak mendukung genosida dan pihak yang menentang kejahatan tersebut.
Menurutnya, masyarakat internasional seharusnya dapat jelas-jelas menilai mana pihak yang benar dan salah.
“Tujuan salah satu pihak adalah menghentikan kejahatan genosida di Gaza yang diwakili oleh Yaman, sedangkan tujuan partai lainnya adalah untuk mendukung dan melindungi pelakunya yang diwakili oelh Amerika dan Inggris,” ucap Al Bukhaiti seperti dikutip Al Jazeera.
“Setiap individu di dunia ini dihadapkan pada dua pilihan yang tidak ada pilihan ketiganya: berdiri bersama para korban genosida atau berdiri bersama para pelaku genosida,” paparnya menambahkan.
Baca juga: Kondisi Gaza Belum Pulih, Menlu: Indonesia Tetap Konsisten Bela Palestina
Houthi menguasai sebagian besar Yaman, termasuk menduduki Ibu Kota Sana’a sejak 2014 ketika perang sipil pecah di negara itu.