INVERSI.ID– Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (22/10) dibuka melemah 59 poin atau 0,38 persen ke posisi Rp15.563 per dolar AS, dari sebelumnya Rp15.504 per dolar AS.
Penguatan dolar AS didorong oleh ekspektasi yang berkurang terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate) yang lebih besar.
Baca juga: OJK Resmi Cabut Izin Usaha Investree
Menurut pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, indeks dolar AS pagi ini mencapai hampir 104, lebih tinggi dibandingkan dengan kisaran 103,40 pada hari sebelumnya.
“Pagi Ini indeks dolar AS sudah mendekati 104, lebih tinggi dari pergerakan pagi sebelumnya yang di kisaran 103,40-an. Masih kuatnya dolar AS ini bisa mendorong pelemahan rupiah hari ini terhadap dolar AS,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada ANTARA di Jakarta, Selasa (22/10).
Kenaikan ini mempengaruhi pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Iran, juga mendukung penguatan dolar AS.
Di sisi lain, kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tetap memberikan sentimen positif bagi pasar domestik.
Baca juga: Investasi Energi Terbarukan Kunci Swasembada Energi
Stabilitas di sektor ekonomi dengan mayoritas menteri kabinet yang berasal dari pemerintahan sebelumnya memberikan kepercayaan pasar akan kesinambungan kebijakan ekonomi.
Ariston memperkirakan rupiah berpotensi melemah ke level Rp15.550 per dolar AS, dengan support di sekitar Rp15.430 per dolar AS.