Protes untuk FIFA
Isu kelelahan pemain menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir. Bulan lalu, gelandang Manchester City, Rodri, bahkan mengungkapkan bahwa pemain-pemain sepak bola hampir melakukan mogok terkait jadwal yang terlalu padat.
CEO Premier League, Richard Masters, juga menegaskan bahwa kondisi ini telah mencapai titik kritis bagi beban yang ditanggung oleh para pemain.
“Kami mendapatkan umpan balik dari para pemain bahwa terlalu banyak pertandingan yang harus dimainkan, dan ekspansi kompetisi yang terus menerus menjadi sangat mengkhawatirkan,” ungkap Masters.
Menurut FIFPRO, penelitian menunjukkan bahwa 72 persen pemain mendukung pengurangan jumlah pertandingan dan meminta adanya periode istirahat yang wajib.
Data lebih lanjut menunjukkan bahwa 17 persen pemain terpaksa melakukan lebih dari 55 penampilan dalam satu musim, sementara 30 persen lainnya menghadapi serangkaian enam pertandingan berturut-turut tanpa istirahat.
Di sisi lain, FIFA mengklaim bahwa kalender yang disetujui hingga 2030 sudah melalui proses persetujuan dari berbagai pihak, termasuk FIFPRO.
Mereka juga menegaskan bahwa Piala Dunia Klub yang baru hanya akan berdampak minimal pada kalender sepak bola, dengan penyelenggaraan empat tahun sekali dan jumlah pertandingan maksimum sebanyak tujuh.
Namun, dengan meningkatnya protes dari pemain dan liga, tekanan terhadap FIFA untuk mempertimbangkan perubahan dalam sistem jadwal pertandingan semakin besar.
Hal ini demi menjaga kesejahteraan pemain dan mencegah cedera yang lebih serius di masa depan, serta memastikan bahwa kualitas permainan tetap terjaga.
Baca juga: Harga Pasar Timnas Indonesia Melonjak, Garuda Jadi Raja Asia Tenggara
*Ayo ikuti Inversi.id di Google News untuk mendapatkan informasi yang update seputar dunia hiburan, lifestyle, hingga berbagai berita menarik lainnya